Entri yang Diunggulkan

صفحات من حياة فضيلة الشيخ سليمان بن ناصر العلوان

إعداد : أبي محمد يوسف الصالح بسم الله الرحمن الرحيم   المقدمة إنّ الله سبحانه وتعالى جعل لهذه الأمة...

Awas Penyadapan

http://menempuhperjalanan.blogspot.co.id/2016/06/awas-penyadapan.html

صفحات من حياة فضيلة الشيخ سليمان بن ناصر العلوان

http://menempuhperjalanan.blogspot.co.id/2016/06/blog-post_15.html

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 17 Juni 2016

BIOGRAFI ASY SYAIKH WALID AS SINANI, 'ULAMA YANG DIPENJARA KARENA MENYUARAKAN KEBENARAN


بسم الله الرحمن الرحيم

Oleh Al-Akh Thalibul ‘Ilm Abu Asybal Usamah

Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam.  Shalawat dan salam kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabat beliau. Amma ba’du
Betapa besa kedudukan ulama di sisi Allah, di mana mereka ini sebagai penjaga agama Allah dan sekaligus menadah warisan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah Ta’ala berfirman
“Allah mengangkat orang-orang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat” [QS. Al-Mujadilah:11]
Mereka lah di garda terdepan dalam menyebarkan ilmu dan membela kebenaran serta membongkar penyimpangan-penyimpangan ahlul bathil. Oleh karena itu, mereka mendapatkan gelar sebagai Waratsatul Anbiya, Pewaris Nabi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

يحمل هذا العلم من كل خلف عدوله ، ينفون عنه تحريف الغالين ، وانتحال المبطلين ، وتأويل الجاهلين 

“Yang membawa ilmu ini (Al-Qur’an dan Sunnah.red) dari setiap zaman adalah orang-orang terpercayanya, mereka menepisnya (ilmu itu) dari penyimpangan ahlul bid’ah dan klaim orang-orang pendusta”  [HR Imam al-Baihaqi]
Kami akan memaparkan kepada pembaca biografi seorang ulama yang teguh di jalan Allah menyuarakan al-Haq, meski beliau harus membayar mahal dari sikap keteguhan beliau. Beliau selama 18 tahun lebih mendekam di penjara politik Rezim Saudi di al-Hayir. Beliau terkenal kenras dalam kritikan terhadap pemerintah bani Saud yang sekarang ini. Beliau adalah Syaikh Walid As-Sinani.
Syaikh Walid merupakan salah seorang ulama dari 30an ulama yang pernah dipenjara oleh Rezim Saudi. Selain beliau, pada artikel kami yang lain telah membahas tentang biografi seorang Ahlul Hadits dari Saudi yang juga pernah mengecap penjara Saudi, Syaikh Sulaiman bin Nashir al-‘Ulwan.
Nama lengkap beliau adalah Walid bin Shalih bin Hamad bin Ali bin Muhammad As-Sinani Al-‘Aamiry As-Subai’.  Dari kabilah Suba’i Berasal dari kota ‘Unaizah. Kunyah beliau Abu Subai’. Lahir di Riyadh tahun 1385 Hijriyah. Ayah beliau bekerja di Idarotul Mujahidin. Memiliki tiga putra dan enam putri.
Beliau tumbuh di keluarga yang memperhatikan pendidikan agama. Beliau juga terpengaruh dengan saudaranya, Syaikh Ahmad As-Sinani.saudaranya Ahmad ini adalah khatib satu-satunya yang mengingkari kemungkaran rezim Saudi yang akan kami jelaskan.
Syaikh Walid keluaran Institute al-Ma’had al’Ilmi Tsanawiyyah  di Riyadh dan melanjutkan studi ke jenjang kuliah di salah satu universitas Saudi fakultas Ushuluddin. Lalu beliau keluar dari kampus karena tidak cocok dengan sistem pengajarannya.
Syaikh Walid As-Sinani melazimi durus (kajian-kajian) Syaikh Shalih al-Fauzan. Beliau juga memiliki ikatan dengan Mufti Saudi, Syaikh Abdul Aziz Alu Syaikh. Dan di antara guru-gurunya yang memberikan pengaruh pada diri Syaikh Walid adalah Syaikh Hamud At-Tuwaijiry dan Syaikh Abdurrahman Ad-Dausury, di mana Syaikh Walid menghafal perkataan-perkataan beliau. Syaikh Walid pun sangat konsen pada Tauhid dan risalah-risalah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Syaikh Abu Sauba’i ini mendalami sejarah dan nasab. Beliau hafal kabar-kabar dan pertempuran di Nejed serta memiliki hujjah-hujjah kuat saat berdiskusi dengan lawan bicara. Saat waktu interogasi, beliau berdialog dengan salah seorang anggota Haiah Kibar Ulama (MUI Saudi). Syaikh Walid mengemukakan hujjah-hujjahnya dan anggota Haiah Kibar Ulama itu pun bungkam.
Pada awal mula beliau termasuk orang yang membela Negara Saudi. Namun sikap itu pun luntur dan menghilang ketika krisis Teluk (al-Khalij) setelah Saudi meminta bantuan negara asing dan beliau terkenal dengan kritikannya terhadap langkah tersebut.
Dan dari perkara-perkara yangmasyhur diingkari oleh Syaikh Walid adalah penghormatan militer dan beliau punya dua makalah tentang masalah ini, di mana beliau menjadikan kajian di masjid-masjid setelah Shalat Jumat serta menyebarkan fatwa Lajnah Daimah dan Syaikh Ibnu Ibrahim dalam masalah ini.
Kronologis Syaikh Walid Dipenjara
Ghazwul Khalij (perang Teluk) dan meminta bantuan pasukan asing (Amerika) dalam rangka perang melawan Shaddam merupakan titik balik sikapnya terhadap Rezim Saudi, di mana ia menyebut hal tersebut adalah penjajahan terhadap Jazirah Arab.
Lalu beliau mendiskusikan masalah keabsahan pemerintah Saudi menurut kacamata Syariat hingga beliau menjadi terkenal dalam masalah ini. Lalau Syaikh Abu Subai’ dipanggil oleh Bandan Intelijen untuk diinterogasi masalah ideologi beliau dan pandangannya tentang Negara Saudi. Beliau juga ditanya tentang Tanzim mana yang beliau ikuti. Beliau pun menjawab bahwa beliau tidak mengikuti seseorang kecuali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan sahabatnya.
Setelah beberapa tahun dari interogasi tersebut beliau pun dipenjara. Sebuah komite pun dibentuk yang terdiri dari 3 hakim yang mengadili beliau dan mengadakan sidang secara rahasia tanpa sepengetahuan keluarga Syaikh Walid, apalagi pengacara. Beliau pun dijatuhi hukuman penjara hingga beliau mau rujuk. Kemudian disampaikan kepada beliau bahwa beliau dijatuhi vonis selama 15 tahun. Dan beliau pun sudah menjalani 18 tahun hidup di penjara.
Pada tahun 1424 H, kedua anak Syaikh, Subai’ 17 tahun dan Zamil 14 tahun, ditangkap. Subai’ mendekam dipenjara selama dua tahun setengah danZamil dipenjara selama tiga bulan. Sebelum Subai’ dibebaskan, Ibrahim dan Zamil dipenjara lagi. Maka selama tiga bulan rumah Syaikh tidak dihuni para lelaki.
Syaikh Walid trerakhir muncul padanAhad sore 8 September 2013 dalam acara televisi Ats-Tsaminah di channel televisi mbc. Di antara petikan dari wawancara tersebut adalah alasan mengapa anak-anak Syaikh Walid tidak disekolahkan di madrasah-madrasah pemerintah Saudi (non formal), di mana anak-anak beliau sekarang hafal al-Qur’an dan shahih al-Bukhori dan lain-lain serta banyak menimbah ilmu di kalangan ulama-ulama. Beliau berkata:
“karena saya punya catatan serius tentang pengajaran di sekolah-sekolah formal. Alhamdulillah Allah memberikan saya bashirah hingga mengetahui bahaya yang terdapat di dalamnya. Saya tidak mengatakan semuanya jelek. Tapi ada yang jelek ada yang buruk.Allah Ta’ala mengabarkan kpeada kita di dalam Al-Qur’an bahwa banyak dari kalangan ahlul bathil mencampur-adukkan antara haq dan bathil, ini sangat bahaya.
Jika engkau didatangi haq murni, tidak masalah. (maaf, jangan potong). Jika engkau didatangi bathil murni tidak ada masalah. Namun yang bahaya jika haq dicampur-adukkan dengan bathil. Jika haq dicampurkan-adukkan dengan bathil, maka sedikit orang yang selamat mendapatkan petunjuk.
Silabus (manhaj) pelajaran di sekolah pemerintah terdapat pujian terhadap komite thoghut internasional, PBB, Majlis Zanadiq Thawaghit Arab, Majlis Zanadiq Kerjasama di atas permusuhan dan dosa,belum lagi dengan humanisme menurut kacamata sekuleris, yang kami pelajari sejak kecil, (afwan), sebelumnya kami pelajari semasa kecil bahwa sesuatu yang dengannya dipuji Kerajaan Saudi adalah menghapus yang namanya semua bentuk permusuhan antara negara dan bangsa serta hubungan antara negara dibangun di atas persahabatan.
(Presenter, ente mau kita memerangi semuanya, lalu dipotongoleh Syaikh dengan menyebut afwan (maksudnya jangan dipotong) lalau beliau melanjutkan) Kitab-kitab Allahdan rasul-rasul-Nya dari awal sampai akhir, perkara yang besardalam agama  yang mereka bawa adalah mengkafirkan orang-orang kafir, memusuhi mereka dan berlepas diri dari merekaserta memerangi mereka meskipun kerabat. (Beliau tidak sempat melanjutkan lalu dipotong, dengan alasan bahwa hal tersebut adalah spesialisasi Syaikh (masalah akidah), lalu iklan)”

Begitu juga dengan kebijakan kewarganegaraan yang memecahbelah kaum muslimin dan menyalahi akidah muslimin.
“Pembagian politik seperti ini yang dibangun di atasnya masalah kewarganegaraan, ini pada dasarnya adalah bathil dan tidak ada bukti pembenarannya dari Allah serta di bangun atas dasar undang-undang thoghut internasional.
Masalahnya sekarang tentang muwathanah (kewarganegaraan). Ini warga negara dikasih hak-haknya meski dia rafidhah, Ismailiyah, Bathiniyya, Nasrani dan lain-lain, jika jadi warga maka memiliki hak-hak”.
Saat ditanya oleh presenternya, Dawud Asy-Syiryani, anda tidak mengakui kewarganegaraan? Beliau menjawab
“Saya hanya mengakui kewarganegaraan Daulah Islamiyyah” lalu Presenter mengardik beliau, “Tidak ada Daulah Islamiyyah sekarang”. Beliau juga menjelaskan bahwa keluarganya pun tidak menyelisihinya dalam masalah ini, di mana mereka berlepas diri dari kewarganegaraan karena dibangun di atas dasar undang-undang kafir dan piagam thoghut serta mengakui pembagian teritorial oleh orang kafir pada Syks Piccot, di mana yang bukan warga negara tidak mendapatkan hak meski mu’min sedangkan warga negara mendapatkan hak meski kafir.
Semoga Allah menjaga dan membebaskan beliau dan ulama-ulama lainnya.

- See more at: http://www.voa-islam.com/read/jihad/2014/05/14/30349/biografi-ulama-rabbani-yang-dipenjara-oleh-saudi-selama-18-tahun-lebih/#sthash.8EKRUjTp.dpuf

SEANDAINYA MEREKA JUJUR, TAPI MEREKA MEMANG PENDUSTA.


Oleh: Abu Usamah JR

“Sesungguhnya orang -orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman ) kepada Allah dan RasulNya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka itulah orang -orang yang benar “. (QS Alhujurat:15).

Allah ‘azza wa jalla dalam ayat diatas menerangkan tentang ciri dan sifat orang-orang yang jujur dalam keimanannya. Ayat ini menjadi parameter untuk mengintrospeksi diri kita yang mengklaim sebagai orang yang beriman. Sebab apalah artinya kita mengaku paling beriman namun pengakuan tersebut tidak dianggap oleh Allah karena menyelisihi apa yang dituntut oleh Allah?

Orang beriman memiliki ciri diantaranya beriman kepada Allah tanpa keraguan. Artinya membenarkan, menerima, tunduk dan patuh yang dibuktikan dengan pengamalan terhadap segala ketentuan dan hukum yang ditetapkan oleh Allah Rabbul ‘izzati. Maka seorang mukmin hanya ridho didominasi, diperbudak dan diatur oleh Allah saja. Tidak ada tempat bagi seorang mukmin ketundukan, kepatuhan dan kepasrahan kepada selain Allah. Sehingga idiologi, hukum, aturan dan segala macam teori yang bukan bersumber dari Allah adalah sampah yang harus dibuang.

Ciri lain dari seorang mukmin adalah tidak ragu dengan keimanan kepada Rasul utusan Allah. Artinya membenarkan setiap apa yang datang dari Rasul baik itu perintah, larangan, hukum dan kabar yang shahih. Seorang mukmin hanya akan menempuh jalan yang diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah. Seluruh hukum, teori, idiologi dan pemikiran yang bertentangan dengan kabar dari Rasulullah akan ditolak dan diingkari oleh seorang mukmin. Seorang mukmin akan mencukupkan diri dan ridho dengan apa yang dibawa oleh Rasulullah. Teori dan idiologi semacam demokrasi, sosialis, komunis dan pancasila adalah barang haram untuk merasuk dalam hati dan pikiran seorang mukmin.

Jihad adalah sifat selanjutnya yang melekat pada diri seorang mukmin. Ia merupakan angan-angan, cita-cita dan jalan perjuangan seorang mukmin. Sebab jihad adalah identitas, eksistensi, kemuliaan dan puncak amal seorang mukmin. Jihad yang dimaksud adalah berperang untuk tingginya kalimat Allah dan setiap usaha yang mendukung kearah tersebut. Keberadaan jihad tidak bisa dipisahkan dari keberadaan seorang mukmin pada setiap zaman dan tempat. Dan keimanan kepada Allah dan RasulNya hanya bisa terwujud dengan sempurna jika jihad dilaksanakan. Sebab keimanan yang sempurna tersebut hanya akan terwujud jika seorang mukmin hidup di dalam daulah islam yang menegakkan syariat islam. Dan daulah islam tidak akan terwujud kecuali dengan jihad fie sabilillah.

Dari penjelasan singkat diatas kita bisa memilah dan menilai kebenaran ataukah kedustaan dari orang maupun kelompok yang mengaku berjuang untuk kejayaan islam dan kaum muslimin. Jika saja Ikhwanul Muslimin (IM) mesir jujur dalam keimanan kepada Allah dan RasulNya tentu mereka tidak akan masuk dalam parlemen syirik demokrasi dengan dalih memperjuangkan islam. Dan tentu IM tidak akan mencetak atau melahirkan thoghut bernama Mursi. Dan ketoghutan serta kekafiran Mursi tidaklah berbeda dengan ketoghutan dan kekafiran penguasa kafir lainnnya meskipun Mursi hafal alqur’an.

Jika saja IM jujur dalam keimanan tentu bukan parlemen syirik tempat perjuangan mereka, namun medan -medan jihadlah yang mereka ramaikan. Dan jika mereka jujur tentu pasti mereka tidak akan peduli pada kotak suara dalam perjuangan dan memilih kotak amunisi untuk perjuangan. Tapi karena mereka pendusta maka mereka mengkhianati Allah dan RasulNya dengan meninggalkan islam dan memilih demokrasi sebagai manhaj mereka. Sungguh mereka adalah pendusta sehingga meninggalkan jalan kemuliaan berupa jihad dan memilih jalan kehinaan berupa demonstrasi, kampanye dan pemungutan suara. Dan wallahi! mereka benar-benar pendusta sehingga mereka dibantai dengan keji oleh orang-orang kafir tanpa perlawanan. Sungguh mereka benar-benar pendusta lagi pengecut sehingga enggan menempuh jalan para kesatria berupa jihad dan lebih memilih jalannya orang-orang kafir yang hina.

Selanjutnya, perjuangan tidaklah disebut jihad kecuali atas dasar tauhid dan dengan tujuan tauhid. Artinya perjuangan disebut jihad jika dilandasi oleh tauhid yang bersih dan dengan tujuan untuk tingginya kalimat tauhid. Perjuangan tidak disebut jihad hanya dikarenakan adanya teriakan takbir dan adanya simbol bendera bertuliskan kalimat tauhid. Dan perjuangan juga tidak disebut jihad hanya karena dipimpin oleh seorang komandan bergelar Syaikh dan didukung oleh kibarul ulama dari alul salul saudi.

Maka sungguh FSA (Free Syirian Army) bukanlah mujahid sebab mereka berjuang bukan atas dasar tauhid tapi atas dasar nasionalisme. FSA tidak berubah menjadi kelompok mujahidin hanya karena mereka memerangi syiah nushairi. Dan ia tidak menjadi kelompok mujahidin hanya karena label yang diberikan oleh ulama dari alul salul saudi.
Wallahi! Mereka adalah para pendusta yang mengklaim sebagai mujahidin, bahkan sungguh tidak ada bagian sedikitpun dari islam pada diri mereka. Bagaimana ada iman jika mereka lebih memilih idiologi buatan manusia daripada petunjuk Allah dan RasulNya?.

Dan tidaklah perjuangan disebut jihad meskipun dilakukan oleh orang yang mengklaim sebagai muslim jika tidak untuk tujuan tingginya kalimat Allah.

Sungguh jika memang Jabhah Nushrah dan Ahrar Syam berjihad untuk tingginya kalimat Allah pasti hari ini syariat islam telah tegak di kota Idlib setelah enam bulan dibebaskan dari rezim nushairi. Dan sungguh jika Zahran Allaousy adalah orang jujur tentu tidak mengatakan bahwa, ”masa depan syuriah diserahkan kepada rakyat syuriah dan yang pasti bukan syariat islam“. Dan jika Jaulany si pengkhianat adalah orang yang jujur tentu dia tidak akan bersekutu dengan Zahran Allaousy yang telah dikafirkan oleh syaikh panutannya Al maqdisy. Dan jika Al maqdisy jujur tentu ia akan mengkafirkan Jaulany yang bersekutu dengan Zahran Allaousy yang telah dia kafirkan.

Dan sungguh, baik Jabhah Nushrah maupun Ahrar Syam adalah pendusta dan bukan mujahidin meskipun mereka dipimpin oleh seorang Syaikh. Dan sungguh ia tidak menjadi mujahidin dikarenakan ia memerangi syiah nushairi dan menghancurkan kuburan keramat. Dan sungguh ia tidak menjadi mujahidin hanya karena memiliki dewan syuro dan mufti. Dan sungguh ia tidak menjadi mujahidin karena label yang diberikan oleh Al maqdisy, almuhaisin, maupun dzowahiri. Sebab jihad adalah perjuangan untuk tingginya kalimat Allah dengan wujud berlakunya hukum syariat islam dalam wadah daulah islam. Dan cukuplah dikuasainya Idlib membuktikan bahwa klaim jihad dari Jabhah Nushrah dan Ahrar Syam adalah dusta. Ya, jika mereka jujur tentu syariat islam telah tegak di kota Idlib, tapi sekali lagi mereka memang pendusta.

Isu tegaknya khilafah islam selama berpuluh-puluh tahun didengungkan oleh mereka yang mengklaim sebagai pejuang islam. Namun kini setelah hampir seratus tahun berlalu, atas karunia Allah khilafah islam telah kembali tegak di syam dan iraq. Namun kemana orang-orang yang kemarin mengaku berjuang untuk kembalinya khilafah islam?. Dimana posisi Hizbut Tahrir, Jama’ah Islamiyah, alqaedah, salafi, ikhwanul muslimin dan yang lainnnya ketika hari ini khilafah islam telah kembali?. Kenapa hari ini mereka memilih posisi memusuhi khilafah islam?. Kemana cita-cita mereka yang dulu ingin menegakkan khilafah islam?. Kenapa tegaknya khilafah islam menjadi kedukaan bagi mereka dan bukan menjadi kebahagiaan bagi mereka?. Wallaahi! Mereka telah berdusta atas klaim mereka ingin menegakkan khilafah islam!.

Sungguh qur’an surat Alhujurat ayat 15 memiliki makna jelas dan gamblang untuk menggambarkan jujur dan dustanya klaim keimanan seorang hamba. Dan dengan ayat ini kini kita bisa menilai mana kelompok pendusta yang mengklaim sebagai mujahid dan mana orang-orang jujur yang berjihad untuk tingginya kalimat Allah. Bahkan kita bisa membedakan mana murtadun yang mengaku muslim dan mana muslim sesungguhnya?. Dan sungguh kebenaran itu sangat terang terlihat seperti terangnya matahari di siang bolong, tidak ada orang yang tidak bisa melihatnya kecuali orang buta. Dan wallahi! Kini khilafah telah tegak diatas manhaj kenabian. Maka sungguh orang yang tidak bisa melihatnya ia diatas kebenaran melainkan orang yang buta mata hatinya.

Dan tidaklah fitnahan, hujatan dan semua gonggongan para pendengki daulah islam melainkan ia seperti kotoran yang dilemparkan dibawah sebuah pohon. Maka yang terjadi adalah pohon tersebut semakin subur dan kuat. Dan alhamdulillah, fitnahan, hujatan dan semua gonggongan para pendengki justru semakin membuat daulah islam dan para anshornya semakin teguh. Sebaliknya para pendengki dan musuh-musuh daulah islam kian hari makin terpuruk dan makin nampak kepandirannya.

Yang terakhir, jika memang para pendengki daulah islam adalah orang-orang jujur yang memiliki dalil tentu mereka memiliki nyali untuk mendatangi para ustadz anshoru daulah islam untuk berdialog. Tapi hingga hari ini tidak ada satupun dari mereka yang berani berdialog secara langsung dengan para ustadz anshoru daulah islam semisal ustadz Abu Bakar Basyir, ustadz Aman Abdurrahman ataupun ustadz Abu Hathaf, dll. Tapi mereka memang pendusta lagi banci yang miskin dalil yang hanya berani menggonggong dihadapan kelompoknya saja.

Dan jika memang para pendengki daulah islam di negeri ini yakin di atas kebenaran tentu mereka akan memiliki nyali dan tidak mengelak ketika diajak mubahalah oleh syaikhuna Abu Bakar Basyir fakallahu asrah. Tapi mereka memang pendusta yang rusak manhajnya dan ragu-ragu terhadap apa yang mereka yakini. Namun mereka tetap memilih dalam kerusakannya karena gengsi dan kesombongannya. Maka tidaklah para pendengki menggonggong dan berulah kecuali semakin menampakkan kedustaan dan kerusakan manhajnya. Maka ketahuilah wahai para pendengki dan syahawat pendusta, semua fitnah, hujatan bahkan syubhat yang kalian lontarkan tidak akan sampai meskipun hanya ke tali sepatu mujahidin daulah islam. Allahu musta’an. (/ss)


Abu Usamah JR

Risalah Untuk Sony (Maaher)



Bismillah.

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, semoga shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah, keluarga serta para shahabatnya dan umatnya sampai hari kiamat, wa ba’ad:
Risalah ini saya tunjukan buat Sony yang merupakan pemimpin FORUM SERUAN AL-HAQ, dalam rangka mengamalkan firman Allah ‘Azza wa Jalla:

و تواصوا بالحق

Dan saling menasehati dalam kebenaran (al-‘Ashr: 3).

Na’am, tujuan saya menulis ini dalam rangka saling menasehati dalam kebenaran dan dalam rangka membela kebenaran, dan saya beranggapan bahwa menulis dalam rangka membantah Ahlul Bid’ah merupakan sesuatu yang afdhal, Syaikhul Islam ibn Taimiyyah Rahimahullah berkata:

قيل للإمام أحمد بن حتبل الرجل يصوم و يصلي و اعتكاف أحب إليك أو يتكلم في أهل البدع؟
فقال: إذا صام و صلى و اعتكف فإنما هو لنفسه و إذا تكلم في أهل البدع فإنما هو للمسلمين, هذا أفضل.

Dikatakan kepada al-Imam Ahmd ibn Hanbal tentang seorang yang shaum, shalat dan i’tikaf, apakah hal tersebut lebih engkau cintai atas orang yang berbicara tentang Ahlul Bid’ah? Maka beliau menjawab: Apabila dia berpuasa, shalat, dan beri’tikaf maka sesungguhnya itu hanya untuk dirinya, dan apabila ia berbicara tentang Ahlul Bid’ah maka sungguh hal tersebut untuk kaum muslimin, dan inilah yang lebih utama”.

Lihatlah pemahaman yang begitu jeli dari al-Imam Ahlus Sunnah wal Jama’ah Ahmad ibn Hanbal, membicarakan Ahlul Bid’ah adalah sesuatu yang afdhal, tapi dengan syarat membicarakan mereka harus dengan ilmu dan bashirah, bukan dengan hawa nafsu, karena kebathilan tidak boleh dilawan dengan kebathilah, akan tetapi kebathilan mesti dilawan dengan kebenaran, dan kebenaran hanyalah dari Allah dan Rasul-Nya.

Dan saya ingin menjelaskan beberapa hal kepada Sony tentang Daulah Islamiyyah, karena saya melihat bahwa orang ini begitu jahil akan hakikat dari Daulah, dan semoga Risalah ini bisa sampai kepadanya hatta kepada para muqallidnya.

Yang Pertama:
Sungguh Sony beranggapan bahwa Khilafah yang dideklarasikan oleh Syaikh Abu Muhammad al-‘Adnaniy dengan kepemimpinan Khalifah Abu Bakr al-Baghdadiy Hafizhahumallahu adalah batil, na’am, mungkin dia beranggapan bahwa batilnya Khilafah ini lantaran tidak ada syura dari seluruh kaum muslimin, jika begitu maka kami ingin bertanya:

- Apakah Khilafah ‘Ali tidak sah?

- Apakah Khilafah Mu’awiyah tidak sah?

- Apakah Khilafah Abul ‘Abbas as-Saffah tidak sah?

Na’am, mereka semua menjadi khalifah tanpa ada syura dari seluruh kaum muslimin, tapi hanya sebagiannya saja,  jika engkau beranggapan bahwa Ahlul Halli wal ‘Aqd yang memilih Khalifah al-Baghdadiy tidak ada, maka kami jawab bahwa bai’at itu tetap sah meski sebagian Ahlul Halli wal ‘Aqd tidak hadir, sebagaimana yang dilakukan oleh Ahlus Saqifah ketika membai’at Abu Bakr, dan mereka tidaklah bermusyawarah dengan orang yang tidak hadir di majlis, kemudian kami nukilkan sebagian ucapan para ‘ulama akan hal ini:

Berkata al-Imam Muhammad ibn ‘Umar al-Humairiy:

و لا يشترط في صحة البيعة إجماع الحاضرين منهم ببلدها
Tidak disyaratkan sahnya bai’at itu dengan kesepakatan seluruh orang yang hadir dari mereka (Ahlul Halli wal ‘Aqd) di negerinya. (Hadaiqul Anwar: 401).

Dan al-Imam an-Nawawiy juga menjelaskan hal ini bahwa bai’at tetap sah mesti tidak ada sebagian Ahlul Halli wal ‘Aqd, beliau berkata:

و لا يشترط اتفاق أهل الحل و العقد في سائر البلاد
Dan tidak disyaratkan adanya kesepakatan Ahlul Halli wal ‘Aqd diseluruh negeri-negeri. (Raudhatuth Thalibin: 43/10).

Cukuplah dua perkataan mereka ini yang saya nukilkan atasmu wahai Sony, maka jelaslah meskipun tidak ada Ahlul Halli wal ‘Aqd dari seluruh kaum muslimin di semua negara, maka Khilafah saat ini tetaplah sah, dan Khilafah ini tetap sah meski tidak ada Kibarul ‘Umala didalamnya, meski tidak ada Ikhwanul Murtaddin, “Salafiy”, Hizbut Tahrir, Sururiy dan firqah-firqah lainnya, fatadabbar.

Yang Kedua:
Sony mungkin juga beranggapan bahwa Daulah serampangan dalam takfir, karena Sony dalam status-statusnya selalu menuduh bahwa Daulah mengkafirkan kaum muslimin, na’am, kita akan perjelas buat Sony akan hal ini, wahai Sony, Daulah tidaklah mengkafirkan kaum muslimin dan tidak pernah hal ini mereka lakukan, yang ada justru engkaulah yang mengkafirkan kaum muslimin (Daulah) karena Daulah engkau tuduh sebagai intelijen Barat, bukankah ini konsekuensi dari menuduh orang lain intelijen Barat wahai Sony? 

Sungguh Daulah itu tidaklah mengkafirkan kaum muslimin akan tetapi yang mereka kafirkan adalah para thawaghit disetiap negara yang tidak menerapkan hukum Allah dan membuang hukum Allah dibelakang punggung-punggung mereka, apa dalilnya, diantaranya adalah firman Allah:

أفحكم الجاهلية يبغون, و من أحسن من الله حكما لقوم يوقنون
Apakah hukum jahiliyyah yang mereka cari, dan siapakah yang lebih baik hukumnya bagi kaum yang yakin. (al-Maidah: 50).

Kemudian Ibn Katsir berkata: “Allah Ta’ala mengingkari orang yang keluar dari hukum Allah yang muhkam yang mencakup seluruh kebaikan dan yang melarang dari segala keburukan, dan orang yang menyamakan hukum Allah kepada selainnya seperti ra’yu-ra’yu, hawa nafsu-hawa nafsu dan istilah-istilah, yang seseorang terapkan dengan tanpa bersandar kepada syariat Allah, sebagaimana yang diperbuat oleh Ahlul Jahiliyyah dan sebagaimana pula Tartar yang berhukum dengan Siyasah-Siyasah kerajaan yang diambil dari Raja mereka yaitu Jengis Khan, yang menerapkan hukum Elyasiq, dan dia adalah suatu hukum yang dikumpulkan dan dicari dari syariat yang berbeda-beda, seperti syariat Yahudi, Nashrani, Islam dan agama-agama lainnya, dan didalamnya banyak hukum-hukum yang ia ambil dari murni hawa nafsu dan ra’yunya, maka jadilah hukum tersebut untuk keturunannya sebagai syariat yang mesti diikuti, mereka mendahulukannya atas hukum di Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya, barang siapa yang melakukan hal demikian, maka ia kafir, wajib memeranginya sampai dia kembali kepada hukum Allah dan Rasul-Nya, maka tidak ada hukum selainnya entah itu sedikit ataupun banyak”. (Lihat kumpulan perkataan para ‘ulama akan hal ini di Kitab Nawaqidhul Iman hasil Disertasi Doktoral Syaikh Doktor ‘Abdul ‘Aziz al-Abdul Lathif yang mendapat predikat Cumlaude dari Jami’ah al-Imam Muhammad ibn Su’ud).

Lihatlah Sony, dia kafir, wajib memeranginya sampai dia kembali kepada hukum Allah dan Rasul-Nya wahai Sony, jadi wajib perang Sony, dan perang itu dengan senjata Sony bukan dengan mencoblos.

Dan masih ada beberapa hal yang ingin saya katakan kepada engkau wahai Sony, tapi untuk Risalah yang ini, saya cukupkan dengan hal ini dulu, insyaAllah akan saya lanjutkan dengan beberapa perkara yang mesti engkau wajib tahu akannya wahai Sony.

Walhamdulillah.


Abu Qatadah al-Barbahariy

Rabu, 15 Juni 2016

Awas Penyadapan..!!!


Standard


bismillah..
Apakah antum pernah merasa ada yg aneh pada saat panggilan telepon di hp antum.?? Seperti suara angin yg bergesek, atau obrolan kita terkadang suaranya keras dan jelas dan terkadang suaranya mengecil dan hilang..
Mungkin saja itu gangguan sinyal.
Namun apakah ganguan sinyal lemah hanya tertuju pada hp antum dan tidak terjadi pada hp yg ada di sekitar antum.!!
Mungkinkah no hp antum telah di sadap.?,
Berbicara tentang penyadapan percakapan di handphone atau telepon seluler (ponsel), ada cara mudah untuk mengetahui apakah handphone kita pernah disadap aatau tidak. Ini merupakan tindakan awal dan belum tahu jika ada teknologi yang lebih canggih yang tidak bisa dilacak dengan cara ini.
==>>>> Caranya, yakni dengan mengetikkan *#61# lalu tekan Yes/phone. Jika tidak ada panggilan yang dialihkan, artinya ponsel antum aman dari sadap. Namun, jika tertera nomor telepon lain, maka pembicaraan handphone antum pernah disadap. Cara ini bisa dilakukan untuk semua tipe handphone.
Jika tulisan yang keluar seperti ini “Interrogation of Call Forwarding No Reply Returned Not Provisioned” artinya, pembicaraan ponsel Anda juga aman dari sadap.
Apa yang harus dilakukan jika handphone ingin aman dari sadapan? Pertama, non aktifkan fitur call forward. Caranya bisa ditanyakan ke operator selular masing-masing. Khusus untuk Telkomsel, menon aktifkan fitur ini cukup tekan #222#.

Selamat mencoba
_

صفحات من حياة فضيلة الشيخ سليمان بن ناصر العلوان


إعداد : أبي محمد يوسف الصالح

بسم الله الرحمن الرحيم


إنّ الله سبحانه وتعالى جعل لهذه الأمة خاصية ليست لغيرها ، وذلك بأن جعل ريادتها وقيادتها وعزها بعلمائها ، فإذا أخفر حق العلماء وأبرز غيرهم ضلت الأمة وهلكت ، وهذا ما بينه رسول الله كما جاء في الصحيحين عن عبد الله بن عمرو رضي الله عنهما قال ( سمعت رسول الله يقول إن الله لا يقبض العلم انتزاعا ينتزعه من العباد ولكن يقبض العلم بقبض العلماء ، حتى إذا لم يبق عالماً اتخذ الناس رءوساً جهالاً فسئلوا فأفتوا بغير علم فضلوا وأضلوا ) ، وقيادة غير أهل العلم لهذه الأمة هي من مؤذنات الهلاك لها ومن أشراط الساعة ، وهذا ما بينه حديث أبي هريرة عند أحمد وابن ماجة وغيرهما أن النبي قال ( إنها ستأتي على الناس سنون خداعة يصدق فيها الكاذب ويكذب فيها الصادق ويؤتمن فيها الخائن ويخون فيها الأمين وينطق فيها الرويبضة قيل وما الرويبضة ؟ قال السفيه يتكلم في أمر العامة ) ، ولقوله كما جاء في البخاري وغيره عن أبي هريرة رضي الله عنه قال ( إذا ضيعت الأمانة فانتظر الساعة ، قال كيف إضاعتها يا رسول الله ؟ قال إذا أسند الأمر إلى غير أهله فانتظر الساعة ) وإن أعظم أمر يهم هذه الأمة هو أمر دينها ، فإذا أسند أمر هذا الدين للجهال بالعلم الشرعي فإن ذلك لهو الخسران المبين .
لذا وجب علينا كما روي عن رسول الله عند أبي داود وغيره من حديث عائشة ( أنزلوا الناس منازلهم ) ، وبما جاء عند أحمد من حديث عبادة بن الصامت قال قال رسول الله ( ليس من أمتي من لم يجل كبيرنا ويرحم صغيرنا ويعرف لعالمنا حقه ) ، ومن حق العالم أن يوصف بما هو أهل له من غير غلو في وصفه ولا إجحاف في حقه ، فإذا عُرفت منـزلته من العلم كان حرياً بالأمة أن تعرف حقه وتنـزله منـزلته وتتبعه فيما أصاب فيه .
ولقد دعاني للتعريف بفضيلة شيخنا أسباب هي :
أولاً : لقد رأينا في هذه الأيام أن صفة المشيخة أعطيت لمن ليس لهم فيها نصيب ، ووصف بالمجتهد من لا يعرف صحيح الحديث من ضعيفه ، وياليت الأمر وقف عند هذا الحد ، بل إنه تعدى حتى وصِف أهل الشر من العلمانيين والحداثيين وغيرهم من أرباب العقائد الفاسدة والعقول الدنسة بأنهم رواد المجتمع وقادة الشعوب ، وهذا لعمر الله إنه لظلم لهذه الأمة أن يصدّر فيها أمثال هؤلاء ، ولقد حرص العلمانيون على تقديم من يخدم مبادئهم وذلك بإضفاء الأوصاف الضخمة والعظيمة عليه ، حتى لو كان جاهلاً بدين الله إنما همهم أن يخدمهم ، فاختلط على الناس من هم أهل العلم والفضل ، ومن هم أهل الزيف والدجل ، فظنوا أن كل من صُدّر في الإعلام ووصف بالعالم بأنه كذلك .
ونجد بالمقابل بأن أهل العلم حقاً لا يذكرون ولا يرفع شأنهم ولا يثنى عليهم ولا يوصفون بما هم أهل له ، لا في الإعلام ولا في غيره ، إما تورعاً من أهل العلم ، وإما غفلة من الأمة عنهم وإضاعة لحقهم ، وإما كيداً لهم ومكراً بهم ، وإما حسداً لهم من أقرانهم ، فالحق الذي يجب القول به هو أن يبرز العلماء كل بحسب علمه و بلائه لهذا الدين ، ولا يهم الأوصاف والألقاب التي تعطى لهم ولا المناصب التي يتبوءونها ، فالعلم في الصدور والفهم في العقول ، وليس العلم بالألقاب ولا غيرها ، وبهذا تهتدي الأمة ويذوب أهل الضلال بكيدهم غماً وتسلم الأمة منهم ، علماً أنه لم يظهر في الإعلام من ليس بأهل للفتوى ولم يصدر الجهال ، إلا بخطأ منا فنحن الذين لم نبرز للناس العلماء فبحث الناس عمن يفتيهم فتصدر أهل الأهواء والضلال للفتوى ، ولو أننا أبرزنا علمائنا وذكرناهم بعلمهم لما حصلت هذه الانتكاسة في المفاهيم نسأل الله العافية.
ثانياً : كثير من العلماء على منـزلة رفيعة من العلم والفهم سواءً بمجالات العلم كلها أو بعضها ، ولو عرف الناس منـزلة علمه لكان ذلك حافزاً لهم أن يرحلوا إليه ، ويلتفوا حوله ليسمعوا منه ويسألوه ، وذلك خير لهم من سؤال الجهال الذين لن يهدوهم إلا إلى الهلاك ، ولقد رأيت سبباً أعتبره خطأً منهجياً تسببنا فيه وأضعنا به حقوق العلماء ، وهذا السبب هو أننا لا نعرّف بعلمائنا ولا نثبت حقوقهم ومنـزلتهم من العلم إلا بعد موتهم ، وهذا وإن كان دافعه عدم فتنة العالم أو تقليد الناس للأحياء والافتتان بهم ، إلا أن هذا ليس عذراً بأن يغفل حق العلماء في حياتهم ، لأننا نطلب من الناس أن يأخذوا العلم عن الأحياء ويقتدوا بهم فيما أصابوا فيه ، ولقد سمعت كثيراً من طلبة العلم ومن الناس أيضاً الذين قالوا بعد وفاة عالم من العلماء ، ياليتنا كنا طلبنا العلم عنده أو سمعنا منه ورحلنا إليه ، ومنشأ ذلك الندم أن تراجم هؤلاء الأعلام لم تكتب إلا بعد وفاتهم ولم تظهر منـزلتهم في العلم إلا بعدما ذهبوا ، فندم الناس على تفريطهم في مثل هذه العلوم ، فحرصت على البدأ بترجمة بعض علمائنا الأحياء ، ليعرفهم الناس وليقتدوا بهم فيما أصابوا فيه ، وليترك الناس بعض من لقبوا بألقاب ليس لهم منها إلا الأسماء ، راجياً من الله أن تكون هذه خطوة أولى يتابعني فيها بعض طلبة العلم ليظهروا فيها علم أهل الفضل والصلاح ، فإنا قد سئمنا من إصدار الألقاب على بعض من لا يستحقونها ، وسئمنا من تصدر الجهال ، وهذا راجع فيما أظن إلى ضعفنا في التعريف بعلمائنا .
والترجمة للعلماء في حياتهم ومدحهم بما فيهم ليس فيه محذور شرعي ، وقول الرسول كما رواه مسلم وأحمد وأبو داود وغيرهم عن المقداد رضي الله عنه قال ( أمرنا رسول الله أن نحثي في وجوه المداحين التراب ) لا ينطبق على كل مدح ، قال الخطابي : المداحون هم الذين اتخذوا مدح الناس عادة وجعلوه بضاعة يستأكلون به الممدوح ويفتنونه , فأما من مدح الرجل على الفعل الحسن ترغيبا له في أمثاله وتحريضا للناس على الاقتداء به في أشباهه ، فليس بمداح " انتهى ويتضح هذا من فعل النبي فقد مدح أبا بكر ، ومدح عمر ومدح جمع من أصحابه في وجوههم لأنه كان يأمن عليهم الفتنة ويكلهم إلى دينهم .
قال ابن حجر في الفتح " قال ابن بطال : حاصل النهي أن من أفرط في مدح آخر بما ليس فيه لم يأمن على الممدوح العجب لظنه أنه بتلك المنزلة ، فربما ضيع العمل والازدياد من الخير اتكالاً على ما وصف به ، ولذلك تأول العلماء في الحديث الآخر ( احثوا في وجوه المداحين التراب ) أن المراد من يمدح الناس في وجوههم بالباطل ، وقال عمر : المدح هو الذبح . قال : وأما من مُدح بما فيه فلا يدخل في النهي ، فقد مُدح وسلم في الشعر والخطب والمخاطبة ولم يحث في وجه مادحه ترابا .. ثم قال .. ولكن تبقى الآفة على الممدوح ، فإنه لا يأمن أن يُحدث فيه المدح كبراً أو إعجاباً أو يكله على ما شهره به المادح فيفتر عن العمل ، لأن الذي يستمر في العمل غالباً هو الذي يعد نفسه مقصرا ، فإن سلم المدح من هذه الأمور لم يكن به بأس ، وربما كان مستحبا " انتهى مختصراً .
وجنس المدح لا حرج فيه إذا كان بحقه لأن الرسول أذن في المدح كما جاء في الصحيحين عن ابن أبي بكرة عن أبيه قال ( أثنى رجل على رجل عند النبي فقال ويلك قطعت عنق صاحبك قطعت عنق صاحبك مرارا ثم قال من كان منكم مادحا أخاه لا محالة فليقل أحسب فلانا والله حسيبه ولا أزكي على الله أحدا أحسبه كذا وكذا إن كان يعلم ذلك منه ) ، فلم ينه الرسول عن المدح ولكن جعل لهذا المدح ضوابطاً .
وإن أحق الناس بالمدح هم العلماء لا سيما إذا تسبب ذلك المدح بحب الناس لهم والاقتداء بهم ونشر علمهم وكبت أهل الأهواء والبدع ، فكما قال ابن حجر أنه ربما كان مستحباً ، فقد يكون أيضاً واجباً إذا تعذر نشر العلم إلا بمدح أهله بما فيهم ، والعلماء من أكثر الناس أمناً على أنفسهم من المدح ، فعلمهم حصن لهم من الاغترار بما يمدحون به
ولكني أوصي كل من مدح أحداً من العلماء ألا يمدحهم بما ليس فيهم ، أو يجعل ذلك على حساب ذم غيرهم ، ولا أرى المفاضلات فيما بينهم لأنه يوغر الصدور بدون فائدة ، بل يذكر الحق عنهم ولا يعظم من منـزلتهم ويضفى عليهم ألقاباً لا يستحقونها ، كشيخ الإسلام والإمام وحجة العصر ومحيي الدين والمجدد وغيرها من الألقاب التي يسبقها شروط قبل إطلاقها على شخص ما ، ولا ضير بأن يوصف العالم بأنه إمام في الحديث و ليس بإمام في التفسير أو النحو ، أو يكون عالماً بالفقه دون الحديث ونحو ذلك ، فكل عالم له تخصصه ، ويوجد من العلماء من هو بحر في كل علم نسأل الله ألا يحرم الأمة منهم وأن يكثر من أمثالهم .
ثالثاً : ومما دعاني إلى التعريف بفضيلة شيخنا سليمان بن ناصر العلوان ، أني سبق وأن سألت فضيلة الشيخ حمود العقلاء عام 1416هـ عن الشيخ سليمان ، فقال لي لقد التقيت بكثير من الحفظة ، ولكني لم أر من جمع بين الحفظ والفهم إلا الشيخ سليمان فإني لا أعرف أحداً في المملكة يضارعه في ذلك ، فقلت في نفسي من الظلم ألا يعرف الناس عالماً كهذا .
رابعاً : لقد اطلعت على بعض ما كتب من تراجم في المنتديات الإسلامية في الإنترنت عن فضيلة الشيخ / سليمان بن ناصر العلوان ، فإذا بها قد اعتمدت على معلومات لم تنقل عن الشيخ نفسه ، وفيها من الخطأ ما يعرفه كل قريب من الشيخ إضافة إلى معلومات ليس للقارئ فيها فائدة ، وربما توغر الصدور لما فيها من مبالغة وكلام لا داعي له ، ولهذا السبب تحفزت لسؤال الشيخ حفظه الله عن ترجمة له يمليها علي ، ليستفيد منها القريب والبعيد طالب العلم وغيره ، وبحيث تكون موثقة وليس فيها شيء من كلمات المدح والإطراء بغير حق ، فاستجاب وأملى علي ترجمة مختصرة .


هو فضيلة الشيخ / سليمان بن ناصر بن عبد الله العلوان
ولد في مدينة بريدة ونشأ بها ، وكان مولده عام 1389هـ
ويكبره من الأخوة ثلاثة ذكور ودونه من الأخوة أيضاً خمسة ذكور
تزوج عام 1410هـ وله من الأبناء ثلاثة ذكور أكبرهم عبد الله وله من العمر تسع سنوات .
بدأ الشيخ في طلب العلم عام 1404هـ وله من العمر خمسة عشر سنة تقريباً ، و كان آنذاك في مرحلة الثالث متوسط ، وبعد التخرج من المتوسطة ، التحق بأحد المعاهد الثانوية لفترة لا تتجاوز خمسة عشر يوماً ، وبعد ذلك قرر ترك الدراسة النظامية ، والتفرغ التام لطلب العلم الشرعي والتلقي عن العلماء ، ومطالعة الكتب ، فقد كان شديد الميل للحفظ والقراءة في علوم مختلفة ، ومنذ بداية طلبه للعلم وهو متفرغ له ويقضي أكثر يومه في الحفظ والمذاكرة والقراءة في الكتب . 


بدأ الشيخ أولاً بحفظ القرآن وفرغ منه عام 1407هـ ، وحفظ كتاب التوحيد لشيخ الإسلام محمد بن عبد الوهاب ، و العقيدة الواسطية ، والفتوى الحموية لشيخ الإسلام ابن تيمية ، والبيقونية ، وكانت هذه المحفوظات في بداية الطلب ، وكان يقرأ حينها في كتب ابن تيمية وابن القيم والسيرة لابن هشام والبداية والنهاية لابن كثير ، ومؤلفات ابن رجب ، ومؤلفات أئمة الدعوة النجدية ، وكان الشيخ يتردد على مجموعة من المشايخ يحفظ عليهم بعض المتون على حسب تخصصاتهم ، وكانت الدروس يومياً عدا يوم الجمعة ، وكان يختلف في اليوم على أربعة من المشايخ وذلك بعد الفجر وبعد الظهر وبعد المغرب وبعد العشاء .
وكان حريصاً أشد الحرص على حفظ المتون العلمية في كل الفنون ، ولم يكن يحفظ المتن حتى يقرأ شرحه ويفهم معناه ، وفي الفقه كان يحرص على معرفة المذاهب الأخرى حتى بدأ بحفظ المذاهب الأربعة ، زيادة على ذلك اجتهادات واختيارات الإمام ابن حزم وشيخ الإسلام ابن تيمية وتلميذه ابن القيم .
وسألت الشيخ : كم ساعة تمضيها يومياً في القراءة هذه الأيام ؟ .
فأجاب : أقرأ في اليوم بما يزيد على خمسة عشر ساعة ، وهي موزعة بين الحفظ والمذاكرة والمطالعة .
ثم سألته : زيادة على قراءتك في كتب العقيدة والحديث والفقه والنحو ، هل كنت تقرأ في الكتب الفكرية للتعرف على أحوال العالم ومآسي المسلمين وما يحاك لهم من إفساد فكري وكيد عسكري ؟
فأجاب : قد كنت أقرأ هذه الكتب في بداية الطلب ، ومن أوائل ما قرأت كتاب واقعنا المعاصر لمحمد قطب ، والمخططات الاستعمارية لمكافحة الإسلام لمحمد الصواف ، وفي هذه الأيام أقرأ في هذه الكتب كثيراً ، وقد قرأت إلى ساعة كتابة هذه السطور ما يزيد على مئتي كتاب ، كما أني قرأت أهم الكتب في أصول الرافضة والزيدية والمعتزلة وغيرها من الفرق الضالة .
وسألت الشيخ : فقلت له لم تذكر شيئاً من كتب الأدب ، ومؤلفات الأدباء ، هل يعني أنك لا تقرأ فيها ؟ .
فأجاب : لا يعني هذا أني لم أقرأ في هذه الكتب ، فقد قرأت مؤلفات الجاحظ كلها ، والكامل للمبرد ، ومؤلفات ابن قتيبة وخزانة الأدب ، وشروح المعلقات السبع ، ومجموعة من دواوين الأدب المشهورة ، ونظرت في كتب كثيرة من مؤلفات المتأخرين ، وقرأت مؤلفات مصطفى الرافعي ، وبعض مؤلفات عباس العقاد ، والنظرات بأجزائه الثلاثة للمنفلوطي ، ومؤلفات محمود محمد شاكر ، وسيد قطب ، وآخرين من كبار أُدباء هذا العصر .
وسألت الشيخ : عن طريقة تدوينه للفوائد التي يقع عليها أثناء قراءته ؟
فأجاب : كنت في أثناء الطلب أخصص لكل كتاب أقرأه أوراقاً خاصة ألخص فيها أهم ما في الكتاب من مسائل وفوائد وإشكالات وغيرها ، أما هذه الأيام فإني لا أفعل ذلك بل ألخص الفوائد التي في الكتاب على صفحته الأولى فأكتب رأس المسألة ورقم الصفحة أمامها ، ليتسنى لي الرجوع إليها عند الحاجة .


وقرأ الشيخ على بعض العلماء في القصيم وكان منهم :
1- فضيلة الشيخ الفقيه / صالح بن إبراهيم البليهي ،2- حفظ عليه كتاب التوحيد وعمدة الأحكام ،3- وقرأ عليه السلسبيل (المجلد الأول منه ) ،4- وبلوغ المرام ( إلى كتاب النكاح ) .
5- وفضيلة الشيخ / المحدث عبد الله الدويش ،6- حفظ عليه كتاب التوحيد كله ،7- والعقيدة الواسطية والفتوى الحموية والآجرومية .
8- وفضيلة الشيخ / عبد الله محمد الحسين أبا الخيل ،9- حفظ عليه نخبة الفكر ،10- والبيقونية والفتوى الحموية والرحبية وبلوغ المرام ،11- وقرأ عليه شرح الطحاوية وجامع الأصول لابن الأثير وصحيح البخاري وسنن أبي داود وغيرها .
12- وفضيلة الشيخ / محمد بن سليمان العليط ،13- حفظ عليه الأصول الثلاثة ،14- وبعض زاد المستقنع وسلم الأصول لحافظ حكمي ،15- وفضل الإسلام لمحمد بن عبد الوهاب ،16- وقرأ عليه جامع العلوم والحكم لابن رجب وزاد المعاد لابن القيم وغيرها.
17- وفضيلة الشيخ / محمد بن فهد الرشودي ،18- حفظ عليه الورقات لابن الجويني ،19- وبلوغ المرام لابن حجر ،20- والمنتقى من أخبار المصطفى لمجد الدين أبي البركات ابن تيمية ،21- ومسائل الجاهلية لمحمد بن عبد الوهاب ،22- والكلم الطيب لابن تيمية ،23- والفوائد الجلية في المباحث الفرضية للشيخ ابن باز ،24- وغيرها كثير .
25- وفضيلة الشيخ / أحمد بن ناصر العلوان ،26- حفظ عليه الآجرومية ،27- وأكثر ألفية ابن مالك ،28- وقد حفظ من النحو أيضاً ملحة الإعراب .
29- وقد قرأ الشيخ أيضاً على مجموعة من طلبة العلم في بريدة وذلك في بداية الطلب ،30- وحفظ عليهم آداب المشي إلى الصلاة بجزأيه وكشف الشبهات والأصول الثلاثة .
وقد رحل الشيخ إلى المدينة النبوية عام 1413هـ
والتقى فيها بفضيلة الشيخ / حماد الأنصاري ، في بيته على وجه الزيارة فجرى معه بحث في بعض المسائل الحديثية ، فعرض عليه الإجازة ، فأجازه في الأمهات الست ومسند الإمام أحمد وموطأ مالك وصحيحي ابن خزيمة وابن حبان ومصنفي عبد الرزاق وابن أبي شيبة ، وأجازه أيضاً في تفسير ابن جرير وابن كثير ، وفي النحو أجازه في ألفية ابن مالك وبعض المؤلفات الفقهية وغيرها ، وسمع من الشيخ الحديث المسلسل بالأولية ( الراحمون يرحمهم الرحمن ..) وهو أول حديث يسمعه بالإسناد إلى رسول الله وكان ذلك بتاريخ 18/8/1413هـ
ورحل الشيخ إلى مكة مرات متكررة للعمرة والقراءة على علمائها .
وقرأ فيها على فضيلة الشيخ / محمد الأنصاري ، في أصول الفقه .
وقرأ فيها على فضيلة الشيخ / ابن صالح المالي ، في أوجز المسالك وفي شرح ابن عقيل على ألفية ابن مالك .
والتقى فيها بفضيلة الشيخ / عبد الوكيل بن عبد الحق الهاشمي ، وطلب منه الإجازة وسمع منه بعض سور القرآن فأجازه برواية حفص عن عاصم ، وطلب منه سماع بعض محفوظاته لا سيما شيء من صحيح البخاري ، فأجازه في الأمهات الست والموطأ وفي تفسير ابن جرير وابن كثير وغيرها ، وكان ذلك أيضاً عام 1413هـ .
وقد أجاز الشيخ جمع كثير من أهل العلم ، وبعضهم كاتبه في ذلك ولم يره مثل الشيخ صالح بن أحمد بن محمد بن إدريس ، فقد أجازه في القرآن والأمهات الست وغيرها .


 وسألت الشيخ : عن معنى الإجازة التي أعطيت له من علماء مكة والمدينة في بعض الكتب ومنها الأمهات الست وما المقصود بها ؟
فأجاب : الإجازة من مطالب السلف الصالحين والرواية بها والعمل بالمروي بها مشهور بين الأئمة المحدثين ، وطلب الإجازة لإحياء رسوم الإسناد طريق معهود عند العلماء المحققين وهي أنواع :
1- منها أن يدفع الشيخ للطالب مروياته ومسموعاته بالأسانيد عن مشايخه ويجيزه برواية ذلك عنه .
2- ومنها أن يسمع الطالب من شيخه أحاديث يرويها بالأسانيد إلى رسول الله .
3- ومنها أن يكتب الشيخ مسموعه لحاضر أو غائب بخطه مقروناً بالإجازة كأجزتك بهذه المسموعات.
وفيه غير ذلك من أنواع الإجازة ، وقد تيسر لي الإجازة في الأنواع الثلاثة ، نسأل الله الإخلاص في القول والعمل.


وسألت الشيخ : عن طريقة حفظه للأسانيد ؟
فأجاب : بأنه كان يحفظ الحديث بطرقه كلها فحين يريد حفظ حديث من صحيح البخاري كحديث عمر (( إنما الأعمال بالنيات )) فإنه يجمع طرقه في جميع مواطنه من الصحيح ثم يحفظها ثم ينتقل إلى صحيح مسلم وينظر في ملتقى الطرق ويضمها إلى أسانيد البخاري .
وإذا رأى الحديث في صحيح مسلم مروياً من طريق غير طريق البخاري فإنه يحفظه .
وإذا كان الحديث عند الأربعة فإنه يحفظ الإسناد من ملتقى الطرق عندهم وإذا اختلفت الأسانيد حفظها كلها .
وإذا كان في متن أحدهم زيادة على ما عند الآخر كزيادة تُروى في سنن أبي داود ولم يروها الثلاثة فإنه يحفظ طريق هذه الزيادة وهكذا يصنع في الأحاديث المسندة الأُخرى .


 وللشيخ من الكتب والرسائل :
1- تنبيه الأخيار على عدم فناء النار ، 2- الأمالي المكية على المنظومة البيقونية ، 3- التبيان في شرح نواقض الإسلام ، 4- شرح بلوغ المرام مطبوع بالحاسب ، 5- تنبيه الأمة على وجوب الأخذ بالكتاب والسنة ، 6- التوكيد في وجوب الاعتناء بالتوحيد ، 7 - الكشاف عن ضلالات حسن السقاف ، 8 - إتحاف أهل الفضل والإنصاف بنقض كتاب ابن الجوزي دفع شبه التشبيه وتعليقات السقاف ( طبع منه الآن مجلدان ) ، 9 - القول المبين في إثبات الصورة لرب العالمين ، 10 - مهمات المسائل في المسح على الخفين ، 11 - الإجابة المختصرة في التنبيه على حفظ المتون المختصرة ، 12- الاستنفار للذب عن الصحابة الأخيار ، 13- القول الرشيد في حقيقة التوحيد ، 14- الإعلام بوجوب التثبت في رواية الحديث 15- أحكام قيام الليل ، 16 - ألا إن نصر الله قريب ، 17 – مجمـوعـة رسائل وفتاوى .
وللشيخ بعض الكتب لم تطبع إلى الآن كفتح الإله شرح آداب المشي إلى الصلاة ( مجلدان مخطوطان ) ، الدرر حاشية نخبة الفكر ( مخطوط ) شرح كتاب التوحيد ، وشرح الأصول الثلاثة ، وشرح الرحبية في الفرائض ، والتعقبات على زاد المستقنع ، وحكم الصلاة على الميت الغائب ، وحكم الاحتفال بالأعياد وغيرها .
وقد بدأ الشيخ في التدريس والإفادة في بيته عام 1410هـ وفي عام 1411هـ انتقل للإفادة والتدريس في المسجد . وكانت الدروس طوال الأسبوع بعد صلاة الفجر والظهر والمغرب عدا يوم الجمعة .
وقدشرح من الكتب في الحديث صحيح البخاري ، وجامع أبي عيسى الترمذي ، وسنن أبي داود ، وموطأ مالك ، وبلوغ المرام ، وعمدة الأحكام ، والأربعين النووية ، وغيرها .
وفي المصطلح الموقظة للذهبي ومختصر علوم الحديث للحافظ ابن كثير وشرح السخاوي على ألفية العراقي .
وفي العلل : الجزء المطبوع من العلل لعلي ابن المديني والتمييز لمسلم وشرح ابن رجب على علل الترمذي .
وفي العقيدة شرح التدمرية ، والفتوى الحموية ، والعقيدة الواسطية ، وكتاب التوحيد لشيخ الإسلام محمد بن عبد الوهاب ، والشريعة للآجري ، والسنة لعبد الله بن الإمام أحمد ، والسنة لابن نصر ، والإبانة لابن بطة ، والصواعق لابن القيم ، والنونية لابن القيم وغيرها .
وفي الفقه شرح زاد المستقنع ، ومتن أبي شجاع في الفقه الشافعي ، والروضة الندية لصديق حسن خان ، وحاشية الروض المربع لابن قاسم ، وعمدة الفقه لابن قدامة ، والرحبية في الفرائض ، والورقات في أصول الفقه ، ومراقي السعود وغيرها .
وفي النحو شرح الآجرومية ، والملحة ، وألفية ابن مالك .
وفي التفسير شرح تفسير ابن كثير ، وتفسير الجلالين ، وتفسير البغوي .
ثم أوقف الشيخ عن التدريس في المسجد عام 1417هـ لأسباب غير معروفة ولا يزال موقوفاً حتى اليوم .
وقد جرت محاولات ومساعي لإعادة دروسه ولم يحصل من ذلك شيء ، وقد كتب فضيلة الشيخ عبد العزيز بن باز رحمه الله إلى عدد من المسؤولين ، يطالبهم فيها بإعادة الدروس للشيخ وتمكين الناس من الاستفادة منه ، غير أن هذا لم يُجد وقوبل بالرفض ، وقد كان الشيخ ابن باز رحمه الله من قبل ذلك يحث الشيخ سليمان على الصبر وملازمة الدروس والتدريس ، ويثني على مؤلفاته وذلك في خطاب وجهه إليه ونصه :
من عبد العزيز بن عبد الله بن باز إلى حضرة الأبن المكرم فضيلة الشيخ سليمان بن ناصر العلوان وفقه الله لما فيه رضاه وزاده من العلم والإيمان آمين .
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته أما بعد :
فقد اطلعت على بعض مؤلفاتكم وقرأت بعض ما كتبتم في الرد على ابن الجوزي والسقاف فسررت بذلك كثيراً ، وحمدت الله سبحانه على ما وفقكم له من فقه في الدين ، و التمسك بالعقيدة السلفية وتدريسها للطلبة والرد على من خالفها فجزاكم الله خيراً وضاعف مثوبتكم وزادكم من العلم والهدى ، وجعلنا وإياكم وسائر إخواننا من عباده الصالحين وحزبه المفلحين ، إنه ولي ذلك والقادر عليه ، ونوصيكم بتقوى الله سبحانه وبذل الوسع في تعليم الناس العلم الشرعي وحثهم على العمل به والعناية بمسائل العقيدة الصحيحة وإيضاحها للطلبة ولغيرهم في دروسكم الخاصة والعامة ، وترغيب الناس من الطلبة وغيرهم في الإكثار من قراءة القرآن الكريم وتدبر معانيه والعمل به والعناية بسنة الرسول الثابتة عنه ، والاستفادة منها لأنها الوحي الثاني وهي المفسرة لكتاب الله والمبينة لما قد يخفى من معانيه ، سدد الله خطاكم وزادكم من العلم النافع والعمل الصالح وثبتنا وإياكم على الهدى وجعلنا وإياكم من حزبه المفلحين وأوليائه المتقين ومن الدعاة إليه على بصيرة إنه جواد كريم ، والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته . ،،،
 مفتي المملكة العربية السعودية
ورئيس هيئة كبار العلماء وإدارة البحوث العلمية والإفتاء
 الرقم : 840/خ التاريخ 11/5/1417هـ
*ولقد لاقي الشيخ كغيره من العلماء معارضة على بعض فتاواه ، واتهم بأنه يذهب في بعض المسائل بخلاف الإجماع ، وكان يلاقي بسبب ذلك قسوة وشدة من أقرانه وآخرين ، وهذا مما جعله يزداد حماساً لتوضيح أقواله ونصرها بما بان له من أدلة الكتاب والسنة ، لا سيما دعوى مخالفته للإجماع ، فكان كثيراً ما يثبت أن بعض المسائل ليس فيها إجماع كما يدعى فيها وذلك بنقل بعض أقوال الأئمة التي تخالف دعوى الإجماع .
فسألت الشيخ : عما أثير حوله في بداية الإفادة بأن له مسائل شاذة يخالف فيها الإجماع ؟
فأجاب : كانت أهم هذه المسائل المثارة و الادعاءات في مخالفة الإجماع ، القول بأن الشخص صفة لله ، و القول بجواز قراءة الجنب للقرآن ، والقول بطهارة الخمر ودم الإنسان ، والقول بجواز التحلل من الإحرام برمي جمرة العقبة ، والقول بعدم وجوب الدم على من ترك واجباً أو فعل محظوراً في الحج أو العمرة في غير ما جاء به النص ، وغيرها من المسائل التي لم يصح في شيء منها إجماع . وإليك البيان :
أولاً : القول بأن الشخص صفة لله ، و المنازعة في ذلك من غرائب العلم وعجائب المسائل ، وأعجبُ من ذلك دعوى الإجماع ، وهم عاجزون عن نسبة ذلك إلى عالم معتبر ، والأحاديث ظاهرة في إثبات هذه الصفة لله تعالى ولا يخالف في ذلك أحد من أهل السنة ، قال المغيرة بن شعبة عن النبي قال ( لا شخص أغير من الله ) الحديث رواه أحمد ومسلم في صحيحه وقال البخاري في صحيحه ( باب قول النبي لا شخص أغير من الله ) وقال عبيد الله بن عمر عن عبد الملك ( لا شخص أغير من الله ) .
وقال القواريري ، " ليس حديث أشد على الجهمية من هذا الحديث .. " .
وفي حديث لقيط بن عامر قال النبي ( فتنظرون إليه وينظر إليكم ) قال لقيط وكيف ونحن ملء الأرض وهو شخص واحد ينظر إلينا وننظر إليه .. الحديث .
ورواه ابن خزيمة وعبد الله بن الإمام أحمد وصححه ابن مندة وقال " لا ينكر هذا الحديث إلا جاحد أو جاهل أو مخالف للكتاب والسنة " وصححه ابن القيم ، وهو ظاهر في إثبات صفة الشخص لله تعالى ، وبينت ذلك بأكثر من هذا في كتابي إتحاف أهل الفضل والإنصاف بنقض كتاب ابن الجوزي دفع شبه التشبيه وتعليقات السقاف ، وكتابي الآخر القول المبين في إثبات الصورة لرب العالمين .
ثانياً : القول بطهارة دم الإنسان وطهارة الخمر ، فقد قلت بذلك لأنه لم يثبت دليل على نجاستهما ، والأصل في المياه الطهارة حتى يثبت دليل على خلاف ذلك .
أما نجاسة الخمر ، فقد ظن بعض الأخوة وجود إجماع على ذلك ، والأمر ليس كذلك ، فقد ذهب إلى طهارتها ، ابن سيرين والليث بن سعد واختاره كثير من المتأخرين وهو الصحيح ، لأنه الأصل ولا يجوز العدول عن ذلك بدون دليل .
ثالثاً : القول بجواز قراءة الجنب للقرآن ، وغاية ما في هذه المسألة أن يذهب الجمهور إلى منع الجنب من قراءة القرآن وهذا ليس بإجماع بالاتفاق ، والعلم ليس محصوراً بآراء الأئمة الأربعة ولا غيرهم من الفقهاء السبعة .
وقد ذهب ابن عباس إلى جواز قراءة الجنب للقرآن رواه البخاري معلقاً ، وهو قول سعيد بن المسيب رواه عنه عبد الرزاق في مصنفه وسنده صحيح ، وقول سعيد بن جبير ورجحه داود والطبري وابن حزم وابن المنذر وروي عن مالك وهو ظاهر تبويب البخاري في صحيحه ، وقد كتبت في ذلك رسالة مطبوعة في مجلة الحكمة العدد الخامس .
رابعاً : القول بعدم وجوب الدم على من ترك واجباً أو فعل محظوراً ، فإن القول بوجوب الدم لم يقم عليه إجماع ، والأصل براءة الذمة وأموال المسلمين معصومة بعصمة دمائهم فلا يجب منها شيء إلا بدليل وهذا قول ابن حزم ونصره الشوكاني وغيره .
وقد دل الدليل على وجوب الدم أو ما ينوب عنه في خمسة مواضع دون ما عداها وهي :
1- فدية حلق الرأس وهي على التخيير .
2- دم الإحصار لعدو أو مرض .
3- فدية الوطء قبل التحلل الأول ثبت القول بهذا عن ابن عباس وابن عمر وعبد الله بن عمرو ،4- ونقل الإجماع على ذلك ابن المنذر وابن عبد البر والقرطبي وابن قدامة والنووي وغيرهم .
5- جزاء قتل صيد البر للمحرم .
6- دم التمتع والقران .
فهذه هي مواضع إيجاب الدم ولا أقول بغيرها ، ولي رسالة مطولة في ذلك بسطت القول في هذه المسألة و أوردت بضعة عشر دليلاً عليها .
خامساً : القول بجواز التحلل برمي جمرة العقبة ، وهذا قول أكابر أهل العلم وهو أحد القولين عن عمر بن الخطاب ودعوى الإجماع على التحلل باثنين من ثلاثة غلط اتفاقاً .
فقد قال مالك وأبو ثور وعطاء إذا رمى جمرة العقبة حل له كل شيء إلا النساء ، قال الإمام ابن خزيمة وهو الصحيح ، ورجحه ابن قدامة في المغني .
وعلى كل حال فإني لا أعلم مسألة تفردت بها عن الأمة ولا خالفت فيها إجماعاً صحيحاً ، لكنني أبحث عن الحق والدليل ، فإذا لاح لي دليل صحيح لم يكن بُدّ من القول به ، وإن لم يذهب إليه إلا نفر يسير من أهل العلم ، وإن أمة وقوماً لا يذهبون إلى الدليل ويؤثرون الدعة والتقليد تهيباً من العامة والدهماء أو استيحاشاً من التفرد عن الجمهور لقوم محرومون ، فالأصل في العالم أن يقول الحق الذي يعلمه ووصل إليه اجتهاده .
وبعد كل هذا فإني أعترف بالتقصير ومهما بذلتُ وسعي واجتهادي فأنا عرضة للخطأ ، وأنا أرجع إلى الحق في كل شيء يبلغني دليله ، وأستغفر الله وأتوب إليه فيما أخطأت فيه ، فغايتي من القول بهذه المسائل وغيرها مما لم أذكره حماية الحق ومعرفة الصواب ، والعلم عند الله .
وسألت الشيخ : عما سمعنا عنه أنه سجن فما هي الأسباب وكم مكث في السجن ؟
فأجاب : سجنت بسبب رسالة كتبتها في بدعية الاحتفالات المقامة لتخريج حفظة القرآن الكريم ، فقد كانت وجهة نظري آنذاك أن هذا العمل لم يكن معروفاً في عصر النبي ولا عصر صحابته ولا فعله أحد من أئمة التابعين ولا الأئمة الأربعة على أنه انعقد سببه وقام مقتضاه في عصرهم ، وليس ثمّ مانع يحول بينهم وبين فعله وقد قال النبي ( من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد ) متفق عليه من حديث عائشة ، ومن قواعد أهل العلم وتقريرات الأصوليين أن ما تركه رسول الله وأصحابه من العبادات في حين وجود المقتضى للفعل وانتفاء المانع فهو بدعة ، وهذا مجرد اجتهاد قلته في حينه وقاله غيري ، وهو أمر لا يستحق التهويل والتضخيم والسعي بذلك إلى السلاطين للنيل من طلبة العلم والمجتهدين ، فلا يزال أهل العلم يختلفون فيما هو أعظم من ذلك ولا يعتدي بعضهم على بعض ، ولكنه أمر مضى فلا أُحب إعادة ذكرياته وملابساته وما جرى في ذاك الوقت ، وقد جعلت المتسبب في ذلك في حل مني ، والله المسؤول أن يعفو عن الجميع ويؤلف بين قلوبهم ، وكان مع الشيخ في هذه القضية بعض الإخوان فقبض عليهم ، وأودعوا السجن في الرياض لمدة ثمانية عشر يوماً وكان ذلك في آخر شهر ذي الحجة من عام 1407هـ .
 أملى هذه الترجمة فضيلة الشيخ سليمان بن ناصر العلوان
على أخيه في الله أبي محمد بناءً على طلبه وإلحاحه
وكان ذلك يوم السبت 27/4/1421هـ
والصلاة والسلام على رسول الله
وعلى آله وصحبه
أجمعين


حبّر قصيدك واجن من ثمراته *** وانظم حلال السحر من أبياته

ترجم معاني الشكر للشيخ الذي *** بزّ الشيوخ ، وفاق كل لداته

شيخي سليمان بن علوان ..إلى *** درب الهدى يهدي مريد نجاته

الله أكرمه فأصبح آية  *** في الحفظ والإتقان من آياته

يا شيخنا اثبت فالحياة قصيرة *** والعمر يحرق مسرعا ورقاته

لكم المحبة في القلوب أصولها  *** رسخت تميز أصلها بثباته

سارت بذكرك في البلاد ركائب  *** التوحيد إنك من إجل دعاته

أحييت من علم الحديث أصوله  *** عمن تقدم من كبار رواته

وأخذت بالأمر القديم وحبذا  *** قدم المبادىء دون مبتدعاته

وبذلت نفسك للجهاد مجاهدا  *** والله إنك في ذرى قاداته

وهجرت أبواب الملوك بعزة  *** فحباك مالكهم جزيل هباته

هب أنهم منعوك هل في وسعهم  *** أن يمنعوا عن قلبكم لذاته؟

أو يمنعوا مدد الإله وفضله  *** عنكم وجزل عطائه وصلاته؟

ففداك كل منافق ومداهن  *** العلم سلمه إلى شهواته
 

إبليس جنده لخدمته متى  *** مااحتاج صوتا كان من أصواته

خلت الديار فما بهن مناصر  **** للدين منتصب لدحر عداته

إلا بقية ثلة منصورة  *** قد زادها الرحمن من رحماته

سلكوا على نهج عليه أئمة ال  *** إسلام من ساداته وثقاته

هذامن الشعرالذي قدكان في ال *** إمكان فاقبله على علاته

الله يرفع قدركم في هذه ال  *** دنيا ويوم الدين في جناته


أبو سعد الأزدي (عبد الله الدوسري)