بسم الله
الرحمن الرحيم
Oleh Al-Akh Thalibul ‘Ilm Abu Asybal Usamah
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam.
Shalawat dan salam kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabat beliau. Amma
ba’du
“Allah mengangkat orang-orang beriman di
antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat” [QS. Al-Mujadilah:11]
Mereka lah di garda terdepan dalam menyebarkan ilmu
dan membela kebenaran serta membongkar penyimpangan-penyimpangan ahlul bathil.
Oleh karena itu, mereka mendapatkan gelar sebagai Waratsatul Anbiya, Pewaris Nabi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
يحمل هذا
العلم من كل خلف عدوله ، ينفون عنه تحريف الغالين ، وانتحال المبطلين ، وتأويل
الجاهلين
“Yang membawa ilmu ini (Al-Qur’an dan
Sunnah.red) dari setiap zaman adalah orang-orang terpercayanya, mereka
menepisnya (ilmu itu) dari penyimpangan ahlul bid’ah dan klaim orang-orang pendusta” [HR Imam al-Baihaqi]
Kami akan memaparkan kepada pembaca biografi seorang
ulama yang teguh di jalan Allah menyuarakan al-Haq, meski beliau harus membayar
mahal dari sikap keteguhan beliau. Beliau selama 18 tahun lebih mendekam di
penjara politik Rezim Saudi di al-Hayir. Beliau terkenal kenras dalam kritikan
terhadap pemerintah bani Saud yang sekarang ini. Beliau adalah Syaikh Walid
As-Sinani.
Syaikh Walid merupakan salah seorang ulama dari 30an
ulama yang pernah dipenjara oleh Rezim Saudi. Selain beliau, pada artikel kami
yang lain telah membahas tentang biografi seorang Ahlul Hadits dari Saudi yang
juga pernah mengecap penjara Saudi, Syaikh
Sulaiman bin Nashir al-‘Ulwan.
Nama lengkap beliau adalah Walid bin Shalih bin Hamad
bin Ali bin Muhammad As-Sinani Al-‘Aamiry As-Subai’. Dari kabilah Suba’i
Berasal dari kota ‘Unaizah. Kunyah beliau Abu Subai’. Lahir di Riyadh tahun
1385 Hijriyah. Ayah beliau bekerja di Idarotul Mujahidin. Memiliki tiga putra
dan enam putri.
Beliau tumbuh di keluarga yang memperhatikan
pendidikan agama. Beliau juga terpengaruh dengan saudaranya, Syaikh Ahmad
As-Sinani.saudaranya Ahmad ini adalah khatib satu-satunya yang mengingkari
kemungkaran rezim Saudi yang akan kami jelaskan.
Syaikh Walid keluaran Institute al-Ma’had al’Ilmi
Tsanawiyyah di Riyadh dan melanjutkan studi ke jenjang kuliah di salah
satu universitas Saudi fakultas Ushuluddin. Lalu beliau keluar dari kampus
karena tidak cocok dengan sistem pengajarannya.
Syaikh Walid As-Sinani melazimi durus (kajian-kajian)
Syaikh Shalih al-Fauzan. Beliau juga memiliki ikatan dengan Mufti Saudi, Syaikh
Abdul Aziz Alu Syaikh. Dan di antara guru-gurunya yang memberikan pengaruh pada
diri Syaikh Walid adalah Syaikh Hamud At-Tuwaijiry dan Syaikh Abdurrahman
Ad-Dausury, di mana Syaikh Walid menghafal perkataan-perkataan beliau. Syaikh
Walid pun sangat konsen pada Tauhid dan risalah-risalah Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahhab.
Syaikh Abu Sauba’i ini mendalami sejarah dan nasab.
Beliau hafal kabar-kabar dan pertempuran di Nejed serta memiliki hujjah-hujjah
kuat saat berdiskusi dengan lawan bicara. Saat waktu interogasi, beliau
berdialog dengan salah seorang anggota Haiah Kibar Ulama (MUI Saudi). Syaikh
Walid mengemukakan hujjah-hujjahnya dan anggota Haiah Kibar Ulama itu pun
bungkam.
Pada awal mula beliau termasuk orang yang membela
Negara Saudi. Namun sikap itu pun luntur dan menghilang ketika krisis Teluk
(al-Khalij) setelah Saudi meminta bantuan negara asing dan beliau terkenal
dengan kritikannya terhadap langkah tersebut.
Dan dari perkara-perkara yangmasyhur diingkari oleh
Syaikh Walid adalah penghormatan militer dan beliau punya dua makalah tentang
masalah ini, di mana beliau menjadikan kajian di masjid-masjid setelah Shalat
Jumat serta menyebarkan fatwa Lajnah Daimah dan Syaikh Ibnu Ibrahim dalam
masalah ini.
Kronologis Syaikh Walid Dipenjara
Ghazwul Khalij (perang Teluk) dan meminta bantuan pasukan
asing (Amerika) dalam rangka perang melawan Shaddam merupakan titik balik
sikapnya terhadap Rezim Saudi, di mana ia menyebut hal tersebut adalah
penjajahan terhadap Jazirah Arab.
Lalu beliau mendiskusikan masalah keabsahan pemerintah
Saudi menurut kacamata Syariat hingga beliau menjadi terkenal dalam masalah
ini. Lalau Syaikh Abu Subai’ dipanggil oleh Bandan Intelijen untuk diinterogasi
masalah ideologi beliau dan pandangannya tentang Negara Saudi. Beliau juga
ditanya tentang Tanzim mana yang beliau ikuti. Beliau pun menjawab bahwa beliau
tidak mengikuti seseorang kecuali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan sahabatnya.
Setelah beberapa tahun dari interogasi tersebut beliau
pun dipenjara. Sebuah komite pun dibentuk yang terdiri dari 3 hakim yang
mengadili beliau dan mengadakan sidang secara rahasia tanpa sepengetahuan
keluarga Syaikh Walid, apalagi pengacara. Beliau pun dijatuhi hukuman penjara
hingga beliau mau rujuk. Kemudian disampaikan kepada beliau bahwa beliau
dijatuhi vonis selama 15 tahun. Dan beliau pun sudah menjalani 18 tahun hidup
di penjara.
Pada tahun 1424 H, kedua anak Syaikh, Subai’ 17 tahun
dan Zamil 14 tahun, ditangkap. Subai’ mendekam dipenjara selama dua tahun
setengah danZamil dipenjara selama tiga bulan. Sebelum Subai’ dibebaskan,
Ibrahim dan Zamil dipenjara lagi. Maka selama tiga bulan rumah Syaikh tidak
dihuni para lelaki.
Syaikh Walid trerakhir muncul padanAhad sore 8
September 2013 dalam acara televisi Ats-Tsaminah di channel televisi mbc. Di antara petikan dari wawancara tersebut
adalah alasan mengapa anak-anak Syaikh Walid tidak disekolahkan di
madrasah-madrasah pemerintah Saudi (non formal), di mana anak-anak beliau
sekarang hafal al-Qur’an dan shahih al-Bukhori dan lain-lain serta banyak
menimbah ilmu di kalangan ulama-ulama. Beliau berkata:
“karena saya punya catatan serius tentang
pengajaran di sekolah-sekolah formal. Alhamdulillah Allah memberikan saya
bashirah hingga mengetahui bahaya yang terdapat di dalamnya. Saya tidak
mengatakan semuanya jelek. Tapi ada yang jelek ada yang buruk.Allah Ta’ala
mengabarkan kpeada kita di dalam Al-Qur’an bahwa banyak dari kalangan ahlul
bathil mencampur-adukkan antara haq dan bathil, ini sangat bahaya.
Jika engkau didatangi haq murni, tidak
masalah. (maaf, jangan potong). Jika engkau didatangi bathil murni tidak ada
masalah. Namun yang bahaya jika haq dicampur-adukkan dengan bathil. Jika haq
dicampurkan-adukkan dengan bathil, maka sedikit orang yang selamat mendapatkan
petunjuk.
Silabus (manhaj) pelajaran di sekolah
pemerintah terdapat pujian terhadap komite thoghut internasional, PBB, Majlis
Zanadiq Thawaghit Arab, Majlis Zanadiq Kerjasama di atas permusuhan dan
dosa,belum lagi dengan humanisme menurut kacamata sekuleris, yang kami pelajari
sejak kecil, (afwan), sebelumnya kami pelajari semasa kecil bahwa sesuatu yang
dengannya dipuji Kerajaan Saudi adalah menghapus yang namanya semua bentuk
permusuhan antara negara dan bangsa serta hubungan antara negara dibangun di
atas persahabatan.
(Presenter, ente mau kita memerangi
semuanya, lalu dipotongoleh Syaikh dengan menyebut afwan (maksudnya jangan
dipotong) lalau beliau melanjutkan) Kitab-kitab Allahdan rasul-rasul-Nya dari
awal sampai akhir, perkara yang besardalam agama yang mereka bawa adalah
mengkafirkan orang-orang kafir, memusuhi mereka dan berlepas diri dari
merekaserta memerangi mereka meskipun kerabat. (Beliau tidak sempat melanjutkan
lalu dipotong, dengan alasan bahwa hal tersebut adalah spesialisasi Syaikh
(masalah akidah), lalu iklan)”
Begitu juga dengan kebijakan kewarganegaraan yang
memecahbelah kaum muslimin dan menyalahi akidah muslimin.
“Pembagian politik seperti ini yang
dibangun di atasnya masalah kewarganegaraan, ini pada dasarnya adalah bathil
dan tidak ada bukti pembenarannya dari Allah serta di bangun atas dasar undang-undang
thoghut internasional.
Masalahnya sekarang tentang muwathanah
(kewarganegaraan). Ini warga negara dikasih hak-haknya meski dia rafidhah,
Ismailiyah, Bathiniyya, Nasrani dan lain-lain, jika jadi warga maka memiliki
hak-hak”.
Saat ditanya oleh presenternya, Dawud Asy-Syiryani,
anda tidak mengakui kewarganegaraan? Beliau menjawab
“Saya hanya mengakui kewarganegaraan
Daulah Islamiyyah” lalu
Presenter mengardik beliau, “Tidak ada Daulah Islamiyyah sekarang”. Beliau juga
menjelaskan bahwa keluarganya pun tidak menyelisihinya dalam masalah ini, di
mana mereka berlepas diri dari kewarganegaraan karena dibangun di atas dasar
undang-undang kafir dan piagam thoghut serta mengakui pembagian teritorial oleh
orang kafir pada Syks Piccot, di mana yang bukan warga negara tidak mendapatkan
hak meski mu’min sedangkan warga negara mendapatkan hak meski kafir.
Semoga Allah menjaga dan membebaskan beliau dan
ulama-ulama lainnya.
-
See more at:
http://www.voa-islam.com/read/jihad/2014/05/14/30349/biografi-ulama-rabbani-yang-dipenjara-oleh-saudi-selama-18-tahun-lebih/#sthash.8EKRUjTp.dpuf
0 komentar:
Posting Komentar