Entri yang Diunggulkan

صفحات من حياة فضيلة الشيخ سليمان بن ناصر العلوان

إعداد : أبي محمد يوسف الصالح بسم الله الرحمن الرحيم   المقدمة إنّ الله سبحانه وتعالى جعل لهذه الأمة...

Jumat, 17 Juni 2016

SEANDAINYA MEREKA JUJUR, TAPI MEREKA MEMANG PENDUSTA.


Oleh: Abu Usamah JR

“Sesungguhnya orang -orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman ) kepada Allah dan RasulNya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka itulah orang -orang yang benar “. (QS Alhujurat:15).

Allah ‘azza wa jalla dalam ayat diatas menerangkan tentang ciri dan sifat orang-orang yang jujur dalam keimanannya. Ayat ini menjadi parameter untuk mengintrospeksi diri kita yang mengklaim sebagai orang yang beriman. Sebab apalah artinya kita mengaku paling beriman namun pengakuan tersebut tidak dianggap oleh Allah karena menyelisihi apa yang dituntut oleh Allah?

Orang beriman memiliki ciri diantaranya beriman kepada Allah tanpa keraguan. Artinya membenarkan, menerima, tunduk dan patuh yang dibuktikan dengan pengamalan terhadap segala ketentuan dan hukum yang ditetapkan oleh Allah Rabbul ‘izzati. Maka seorang mukmin hanya ridho didominasi, diperbudak dan diatur oleh Allah saja. Tidak ada tempat bagi seorang mukmin ketundukan, kepatuhan dan kepasrahan kepada selain Allah. Sehingga idiologi, hukum, aturan dan segala macam teori yang bukan bersumber dari Allah adalah sampah yang harus dibuang.

Ciri lain dari seorang mukmin adalah tidak ragu dengan keimanan kepada Rasul utusan Allah. Artinya membenarkan setiap apa yang datang dari Rasul baik itu perintah, larangan, hukum dan kabar yang shahih. Seorang mukmin hanya akan menempuh jalan yang diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah. Seluruh hukum, teori, idiologi dan pemikiran yang bertentangan dengan kabar dari Rasulullah akan ditolak dan diingkari oleh seorang mukmin. Seorang mukmin akan mencukupkan diri dan ridho dengan apa yang dibawa oleh Rasulullah. Teori dan idiologi semacam demokrasi, sosialis, komunis dan pancasila adalah barang haram untuk merasuk dalam hati dan pikiran seorang mukmin.

Jihad adalah sifat selanjutnya yang melekat pada diri seorang mukmin. Ia merupakan angan-angan, cita-cita dan jalan perjuangan seorang mukmin. Sebab jihad adalah identitas, eksistensi, kemuliaan dan puncak amal seorang mukmin. Jihad yang dimaksud adalah berperang untuk tingginya kalimat Allah dan setiap usaha yang mendukung kearah tersebut. Keberadaan jihad tidak bisa dipisahkan dari keberadaan seorang mukmin pada setiap zaman dan tempat. Dan keimanan kepada Allah dan RasulNya hanya bisa terwujud dengan sempurna jika jihad dilaksanakan. Sebab keimanan yang sempurna tersebut hanya akan terwujud jika seorang mukmin hidup di dalam daulah islam yang menegakkan syariat islam. Dan daulah islam tidak akan terwujud kecuali dengan jihad fie sabilillah.

Dari penjelasan singkat diatas kita bisa memilah dan menilai kebenaran ataukah kedustaan dari orang maupun kelompok yang mengaku berjuang untuk kejayaan islam dan kaum muslimin. Jika saja Ikhwanul Muslimin (IM) mesir jujur dalam keimanan kepada Allah dan RasulNya tentu mereka tidak akan masuk dalam parlemen syirik demokrasi dengan dalih memperjuangkan islam. Dan tentu IM tidak akan mencetak atau melahirkan thoghut bernama Mursi. Dan ketoghutan serta kekafiran Mursi tidaklah berbeda dengan ketoghutan dan kekafiran penguasa kafir lainnnya meskipun Mursi hafal alqur’an.

Jika saja IM jujur dalam keimanan tentu bukan parlemen syirik tempat perjuangan mereka, namun medan -medan jihadlah yang mereka ramaikan. Dan jika mereka jujur tentu pasti mereka tidak akan peduli pada kotak suara dalam perjuangan dan memilih kotak amunisi untuk perjuangan. Tapi karena mereka pendusta maka mereka mengkhianati Allah dan RasulNya dengan meninggalkan islam dan memilih demokrasi sebagai manhaj mereka. Sungguh mereka adalah pendusta sehingga meninggalkan jalan kemuliaan berupa jihad dan memilih jalan kehinaan berupa demonstrasi, kampanye dan pemungutan suara. Dan wallahi! mereka benar-benar pendusta sehingga mereka dibantai dengan keji oleh orang-orang kafir tanpa perlawanan. Sungguh mereka benar-benar pendusta lagi pengecut sehingga enggan menempuh jalan para kesatria berupa jihad dan lebih memilih jalannya orang-orang kafir yang hina.

Selanjutnya, perjuangan tidaklah disebut jihad kecuali atas dasar tauhid dan dengan tujuan tauhid. Artinya perjuangan disebut jihad jika dilandasi oleh tauhid yang bersih dan dengan tujuan untuk tingginya kalimat tauhid. Perjuangan tidak disebut jihad hanya dikarenakan adanya teriakan takbir dan adanya simbol bendera bertuliskan kalimat tauhid. Dan perjuangan juga tidak disebut jihad hanya karena dipimpin oleh seorang komandan bergelar Syaikh dan didukung oleh kibarul ulama dari alul salul saudi.

Maka sungguh FSA (Free Syirian Army) bukanlah mujahid sebab mereka berjuang bukan atas dasar tauhid tapi atas dasar nasionalisme. FSA tidak berubah menjadi kelompok mujahidin hanya karena mereka memerangi syiah nushairi. Dan ia tidak menjadi kelompok mujahidin hanya karena label yang diberikan oleh ulama dari alul salul saudi.
Wallahi! Mereka adalah para pendusta yang mengklaim sebagai mujahidin, bahkan sungguh tidak ada bagian sedikitpun dari islam pada diri mereka. Bagaimana ada iman jika mereka lebih memilih idiologi buatan manusia daripada petunjuk Allah dan RasulNya?.

Dan tidaklah perjuangan disebut jihad meskipun dilakukan oleh orang yang mengklaim sebagai muslim jika tidak untuk tujuan tingginya kalimat Allah.

Sungguh jika memang Jabhah Nushrah dan Ahrar Syam berjihad untuk tingginya kalimat Allah pasti hari ini syariat islam telah tegak di kota Idlib setelah enam bulan dibebaskan dari rezim nushairi. Dan sungguh jika Zahran Allaousy adalah orang jujur tentu tidak mengatakan bahwa, ”masa depan syuriah diserahkan kepada rakyat syuriah dan yang pasti bukan syariat islam“. Dan jika Jaulany si pengkhianat adalah orang yang jujur tentu dia tidak akan bersekutu dengan Zahran Allaousy yang telah dikafirkan oleh syaikh panutannya Al maqdisy. Dan jika Al maqdisy jujur tentu ia akan mengkafirkan Jaulany yang bersekutu dengan Zahran Allaousy yang telah dia kafirkan.

Dan sungguh, baik Jabhah Nushrah maupun Ahrar Syam adalah pendusta dan bukan mujahidin meskipun mereka dipimpin oleh seorang Syaikh. Dan sungguh ia tidak menjadi mujahidin dikarenakan ia memerangi syiah nushairi dan menghancurkan kuburan keramat. Dan sungguh ia tidak menjadi mujahidin hanya karena memiliki dewan syuro dan mufti. Dan sungguh ia tidak menjadi mujahidin karena label yang diberikan oleh Al maqdisy, almuhaisin, maupun dzowahiri. Sebab jihad adalah perjuangan untuk tingginya kalimat Allah dengan wujud berlakunya hukum syariat islam dalam wadah daulah islam. Dan cukuplah dikuasainya Idlib membuktikan bahwa klaim jihad dari Jabhah Nushrah dan Ahrar Syam adalah dusta. Ya, jika mereka jujur tentu syariat islam telah tegak di kota Idlib, tapi sekali lagi mereka memang pendusta.

Isu tegaknya khilafah islam selama berpuluh-puluh tahun didengungkan oleh mereka yang mengklaim sebagai pejuang islam. Namun kini setelah hampir seratus tahun berlalu, atas karunia Allah khilafah islam telah kembali tegak di syam dan iraq. Namun kemana orang-orang yang kemarin mengaku berjuang untuk kembalinya khilafah islam?. Dimana posisi Hizbut Tahrir, Jama’ah Islamiyah, alqaedah, salafi, ikhwanul muslimin dan yang lainnnya ketika hari ini khilafah islam telah kembali?. Kenapa hari ini mereka memilih posisi memusuhi khilafah islam?. Kemana cita-cita mereka yang dulu ingin menegakkan khilafah islam?. Kenapa tegaknya khilafah islam menjadi kedukaan bagi mereka dan bukan menjadi kebahagiaan bagi mereka?. Wallaahi! Mereka telah berdusta atas klaim mereka ingin menegakkan khilafah islam!.

Sungguh qur’an surat Alhujurat ayat 15 memiliki makna jelas dan gamblang untuk menggambarkan jujur dan dustanya klaim keimanan seorang hamba. Dan dengan ayat ini kini kita bisa menilai mana kelompok pendusta yang mengklaim sebagai mujahid dan mana orang-orang jujur yang berjihad untuk tingginya kalimat Allah. Bahkan kita bisa membedakan mana murtadun yang mengaku muslim dan mana muslim sesungguhnya?. Dan sungguh kebenaran itu sangat terang terlihat seperti terangnya matahari di siang bolong, tidak ada orang yang tidak bisa melihatnya kecuali orang buta. Dan wallahi! Kini khilafah telah tegak diatas manhaj kenabian. Maka sungguh orang yang tidak bisa melihatnya ia diatas kebenaran melainkan orang yang buta mata hatinya.

Dan tidaklah fitnahan, hujatan dan semua gonggongan para pendengki daulah islam melainkan ia seperti kotoran yang dilemparkan dibawah sebuah pohon. Maka yang terjadi adalah pohon tersebut semakin subur dan kuat. Dan alhamdulillah, fitnahan, hujatan dan semua gonggongan para pendengki justru semakin membuat daulah islam dan para anshornya semakin teguh. Sebaliknya para pendengki dan musuh-musuh daulah islam kian hari makin terpuruk dan makin nampak kepandirannya.

Yang terakhir, jika memang para pendengki daulah islam adalah orang-orang jujur yang memiliki dalil tentu mereka memiliki nyali untuk mendatangi para ustadz anshoru daulah islam untuk berdialog. Tapi hingga hari ini tidak ada satupun dari mereka yang berani berdialog secara langsung dengan para ustadz anshoru daulah islam semisal ustadz Abu Bakar Basyir, ustadz Aman Abdurrahman ataupun ustadz Abu Hathaf, dll. Tapi mereka memang pendusta lagi banci yang miskin dalil yang hanya berani menggonggong dihadapan kelompoknya saja.

Dan jika memang para pendengki daulah islam di negeri ini yakin di atas kebenaran tentu mereka akan memiliki nyali dan tidak mengelak ketika diajak mubahalah oleh syaikhuna Abu Bakar Basyir fakallahu asrah. Tapi mereka memang pendusta yang rusak manhajnya dan ragu-ragu terhadap apa yang mereka yakini. Namun mereka tetap memilih dalam kerusakannya karena gengsi dan kesombongannya. Maka tidaklah para pendengki menggonggong dan berulah kecuali semakin menampakkan kedustaan dan kerusakan manhajnya. Maka ketahuilah wahai para pendengki dan syahawat pendusta, semua fitnah, hujatan bahkan syubhat yang kalian lontarkan tidak akan sampai meskipun hanya ke tali sepatu mujahidin daulah islam. Allahu musta’an. (/ss)


Abu Usamah JR

0 komentar:

Posting Komentar