Oleh: Abu Usamah JR
“Sesungguhnya orang
-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman ) kepada
Allah dan RasulNya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan
harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka itulah orang -orang yang benar “.
(QS Alhujurat:15).
Allah ‘azza wa
jalla dalam ayat diatas menerangkan tentang ciri dan sifat orang-orang yang
jujur dalam keimanannya. Ayat ini menjadi parameter untuk mengintrospeksi diri
kita yang mengklaim sebagai orang yang beriman. Sebab apalah artinya kita
mengaku paling beriman namun pengakuan tersebut tidak dianggap oleh Allah
karena menyelisihi apa yang dituntut oleh Allah?
Orang beriman
memiliki ciri diantaranya beriman kepada Allah tanpa keraguan. Artinya
membenarkan, menerima, tunduk dan patuh yang dibuktikan dengan pengamalan
terhadap segala ketentuan dan hukum yang ditetapkan oleh Allah Rabbul ‘izzati.
Maka seorang mukmin hanya ridho didominasi, diperbudak dan diatur oleh Allah
saja. Tidak ada tempat bagi seorang mukmin ketundukan, kepatuhan dan kepasrahan
kepada selain Allah. Sehingga idiologi, hukum, aturan dan segala macam teori
yang bukan bersumber dari Allah adalah sampah yang harus dibuang.
Ciri lain dari
seorang mukmin adalah tidak ragu dengan keimanan kepada Rasul utusan Allah.
Artinya membenarkan setiap apa yang datang dari Rasul baik itu perintah,
larangan, hukum dan kabar yang shahih. Seorang mukmin hanya akan menempuh jalan
yang diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah. Seluruh hukum, teori, idiologi
dan pemikiran yang bertentangan dengan kabar dari Rasulullah akan ditolak dan
diingkari oleh seorang mukmin. Seorang mukmin akan mencukupkan diri dan ridho
dengan apa yang dibawa oleh Rasulullah. Teori dan idiologi semacam demokrasi,
sosialis, komunis dan pancasila adalah barang haram untuk merasuk dalam hati
dan pikiran seorang mukmin.
Jihad adalah sifat
selanjutnya yang melekat pada diri seorang mukmin. Ia merupakan angan-angan,
cita-cita dan jalan perjuangan seorang mukmin. Sebab jihad adalah identitas,
eksistensi, kemuliaan dan puncak amal seorang mukmin. Jihad yang dimaksud
adalah berperang untuk tingginya kalimat Allah dan setiap usaha yang mendukung
kearah tersebut. Keberadaan jihad tidak bisa dipisahkan dari keberadaan seorang
mukmin pada setiap zaman dan tempat. Dan keimanan kepada Allah dan RasulNya
hanya bisa terwujud dengan sempurna jika jihad dilaksanakan. Sebab keimanan
yang sempurna tersebut hanya akan terwujud jika seorang mukmin hidup di dalam
daulah islam yang menegakkan syariat islam. Dan daulah islam tidak akan
terwujud kecuali dengan jihad fie sabilillah.
Dari penjelasan
singkat diatas kita bisa memilah dan menilai kebenaran ataukah kedustaan dari
orang maupun kelompok yang mengaku berjuang untuk kejayaan islam dan kaum
muslimin. Jika saja Ikhwanul Muslimin (IM) mesir jujur dalam keimanan kepada
Allah dan RasulNya tentu mereka tidak akan masuk dalam parlemen syirik demokrasi
dengan dalih memperjuangkan islam. Dan tentu IM tidak akan mencetak atau
melahirkan thoghut bernama Mursi. Dan ketoghutan serta kekafiran Mursi tidaklah
berbeda dengan ketoghutan dan kekafiran penguasa kafir lainnnya meskipun Mursi
hafal alqur’an.
Jika saja IM jujur
dalam keimanan tentu bukan parlemen syirik tempat perjuangan mereka, namun
medan -medan jihadlah yang mereka ramaikan. Dan jika mereka jujur tentu pasti
mereka tidak akan peduli pada kotak suara dalam perjuangan dan memilih kotak
amunisi untuk perjuangan. Tapi karena mereka pendusta maka mereka mengkhianati
Allah dan RasulNya dengan meninggalkan islam dan memilih demokrasi sebagai
manhaj mereka. Sungguh mereka adalah pendusta sehingga meninggalkan jalan
kemuliaan berupa jihad dan memilih jalan kehinaan berupa demonstrasi, kampanye
dan pemungutan suara. Dan wallahi! mereka benar-benar pendusta sehingga mereka
dibantai dengan keji oleh orang-orang kafir tanpa perlawanan. Sungguh mereka
benar-benar pendusta lagi pengecut sehingga enggan menempuh jalan para kesatria
berupa jihad dan lebih memilih jalannya orang-orang kafir yang hina.
Selanjutnya,
perjuangan tidaklah disebut jihad kecuali atas dasar tauhid dan dengan tujuan
tauhid. Artinya perjuangan disebut jihad jika dilandasi oleh tauhid yang bersih
dan dengan tujuan untuk tingginya kalimat tauhid. Perjuangan tidak disebut
jihad hanya dikarenakan adanya teriakan takbir dan adanya simbol bendera
bertuliskan kalimat tauhid. Dan perjuangan juga tidak disebut jihad hanya
karena dipimpin oleh seorang komandan bergelar Syaikh dan didukung oleh kibarul
ulama dari alul salul saudi.
Maka sungguh FSA
(Free Syirian Army) bukanlah mujahid sebab mereka berjuang bukan atas dasar
tauhid tapi atas dasar nasionalisme. FSA tidak berubah menjadi kelompok
mujahidin hanya karena mereka memerangi syiah nushairi. Dan ia tidak menjadi
kelompok mujahidin hanya karena label yang diberikan oleh ulama dari alul salul
saudi.
Wallahi! Mereka
adalah para pendusta yang mengklaim sebagai mujahidin, bahkan sungguh tidak ada
bagian sedikitpun dari islam pada diri mereka. Bagaimana ada iman jika mereka
lebih memilih idiologi buatan manusia daripada petunjuk Allah dan RasulNya?.
Dan tidaklah
perjuangan disebut jihad meskipun dilakukan oleh orang yang mengklaim sebagai
muslim jika tidak untuk tujuan tingginya kalimat Allah.
Sungguh jika memang
Jabhah Nushrah dan Ahrar Syam berjihad untuk tingginya kalimat Allah pasti hari
ini syariat islam telah tegak di kota Idlib setelah enam bulan dibebaskan dari
rezim nushairi. Dan sungguh jika Zahran Allaousy adalah orang jujur tentu tidak
mengatakan bahwa, ”masa depan syuriah diserahkan kepada rakyat syuriah dan yang
pasti bukan syariat islam“. Dan jika Jaulany si pengkhianat adalah orang yang
jujur tentu dia tidak akan bersekutu dengan Zahran Allaousy yang telah
dikafirkan oleh syaikh panutannya Al maqdisy. Dan jika Al maqdisy jujur tentu
ia akan mengkafirkan Jaulany yang bersekutu dengan Zahran Allaousy yang telah
dia kafirkan.
Dan sungguh, baik
Jabhah Nushrah maupun Ahrar Syam adalah pendusta dan bukan mujahidin meskipun
mereka dipimpin oleh seorang Syaikh. Dan sungguh ia tidak menjadi mujahidin
dikarenakan ia memerangi syiah nushairi dan menghancurkan kuburan keramat. Dan
sungguh ia tidak menjadi mujahidin hanya karena memiliki dewan syuro dan mufti.
Dan sungguh ia tidak menjadi mujahidin karena label yang diberikan oleh Al
maqdisy, almuhaisin, maupun dzowahiri. Sebab jihad adalah perjuangan untuk
tingginya kalimat Allah dengan wujud berlakunya hukum syariat islam dalam wadah
daulah islam. Dan cukuplah dikuasainya Idlib membuktikan bahwa klaim jihad dari
Jabhah Nushrah dan Ahrar Syam adalah dusta. Ya, jika mereka jujur tentu syariat
islam telah tegak di kota Idlib, tapi sekali lagi mereka memang pendusta.
Isu tegaknya
khilafah islam selama berpuluh-puluh tahun didengungkan oleh mereka yang
mengklaim sebagai pejuang islam. Namun kini setelah hampir seratus tahun
berlalu, atas karunia Allah khilafah islam telah kembali tegak di syam dan
iraq. Namun kemana orang-orang yang kemarin mengaku berjuang untuk kembalinya
khilafah islam?. Dimana posisi Hizbut Tahrir, Jama’ah Islamiyah, alqaedah,
salafi, ikhwanul muslimin dan yang lainnnya ketika hari ini khilafah islam
telah kembali?. Kenapa hari ini mereka memilih posisi memusuhi khilafah islam?.
Kemana cita-cita mereka yang dulu ingin menegakkan khilafah islam?. Kenapa
tegaknya khilafah islam menjadi kedukaan bagi mereka dan bukan menjadi
kebahagiaan bagi mereka?. Wallaahi! Mereka telah berdusta atas klaim mereka
ingin menegakkan khilafah islam!.
Sungguh qur’an
surat Alhujurat ayat 15 memiliki makna jelas dan gamblang untuk menggambarkan
jujur dan dustanya klaim keimanan seorang hamba. Dan dengan ayat ini kini kita
bisa menilai mana kelompok pendusta yang mengklaim sebagai mujahid dan mana
orang-orang jujur yang berjihad untuk tingginya kalimat Allah. Bahkan kita bisa
membedakan mana murtadun yang mengaku muslim dan mana muslim sesungguhnya?. Dan
sungguh kebenaran itu sangat terang terlihat seperti terangnya matahari di
siang bolong, tidak ada orang yang tidak bisa melihatnya kecuali orang buta.
Dan wallahi! Kini khilafah telah tegak diatas manhaj kenabian. Maka sungguh
orang yang tidak bisa melihatnya ia diatas kebenaran melainkan orang yang buta
mata hatinya.
Dan tidaklah
fitnahan, hujatan dan semua gonggongan para pendengki daulah islam melainkan ia
seperti kotoran yang dilemparkan dibawah sebuah pohon. Maka yang terjadi adalah
pohon tersebut semakin subur dan kuat. Dan alhamdulillah, fitnahan, hujatan dan
semua gonggongan para pendengki justru semakin membuat daulah islam dan para
anshornya semakin teguh. Sebaliknya para pendengki dan musuh-musuh daulah islam
kian hari makin terpuruk dan makin nampak kepandirannya.
Yang terakhir, jika
memang para pendengki daulah islam adalah orang-orang jujur yang memiliki dalil
tentu mereka memiliki nyali untuk mendatangi para ustadz anshoru daulah islam
untuk berdialog. Tapi hingga hari ini tidak ada satupun dari mereka yang berani
berdialog secara langsung dengan para ustadz anshoru daulah islam semisal
ustadz Abu Bakar Basyir, ustadz Aman Abdurrahman ataupun ustadz Abu Hathaf,
dll. Tapi mereka memang pendusta lagi banci yang miskin dalil yang hanya berani
menggonggong dihadapan kelompoknya saja.
Dan jika memang
para pendengki daulah islam di negeri ini yakin di atas kebenaran tentu mereka
akan memiliki nyali dan tidak mengelak ketika diajak mubahalah oleh syaikhuna
Abu Bakar Basyir fakallahu asrah. Tapi mereka memang pendusta yang rusak
manhajnya dan ragu-ragu terhadap apa yang mereka yakini. Namun mereka tetap memilih
dalam kerusakannya karena gengsi dan kesombongannya. Maka tidaklah para
pendengki menggonggong dan berulah kecuali semakin menampakkan kedustaan dan
kerusakan manhajnya. Maka ketahuilah wahai para pendengki dan syahawat
pendusta, semua fitnah, hujatan bahkan syubhat yang kalian lontarkan tidak akan
sampai meskipun hanya ke tali sepatu mujahidin daulah islam. Allahu
musta’an. (/ss)
Abu Usamah JR
0 komentar:
Posting Komentar