بسم الله الرحمن الرحيم
Tanggapan atas Catatan Akhir Sony Mengenai
Mubahalahnya
Setelah memuji Allah dan bershalawat kepada
baginda rosulullah, kami memohon pertolongan kepada Allah agar meluruskan niat
kami pada setiap huruf yang kami goreskan. Ya Rabb, kami tidak menulis ini
melainkan membela Al-Haq dan mengharapkan wajah-Mu.
Tulisan ini menanggapi catatan akhir yang
ditulis oleh si Sony Abu Husein Ath-Thuwailibi mengenai klaim efek mubahalahnya
dengan Ustadz Fauzan Al-Anshory pada tanggal 18 Desember 2015. Sejatinya, kami
tidak mau menanggapi tulisan tersebut. Namun, si Sony ini terus menghembuskan
isu mubahalahnya dan seolah-olah itu adalah efek dari mubahalahnya.
Sebelumnya kami jelaskan terlebih dahulu
mengenai judul yang kami tulis. Tak samar lagi di kalangan “salafi” baik itu di
Bogor, Indramayu dan sekitar Jawa Barat akan sosok si Sony ini. Bagaimana
perangai dan pribadinya. Ia pun hubbuzhzhuhur, suka akan ketenarangan , ingin
tampil. Sosok inilah yang menonjol dari dirinya. Maka, setelah ia di ”tendang”
oleh komunitas “salafi”, maka ia pun mencoba “merapat” ke barisan “jihadi”.
Tentunya untuk tidak menghilangkan
“kesalafian”nya dan juga agar mencari keselamatan, ia pun merapat ke barisan
Jibril cs dan semisalnya.
Tanyakanlah kepada “salafi” Indramayu,
khususnya Hadharim jamaah Masjid An-Nur, tentang sosok Sony ini yang ingin
tampil di muka umum lagi “pesolek”.
Jikalau benar wafatnya Ustadz Fauzan itu
adalah efek mubahalah, maka tanyakanlah kepada “salafi” terlebih dahulu.
Meskipun mereka membenci kaum “takfiry”, maka apakah mereka yang benar-benar
sebagai penuntut ilmu akan membenarkan klaim si Sony ini? Tanyakan terlebih
dahulu kepada si Fathi Yazid At-Tamimi. Masih ingatkah engkau wahai Sony apa
yang terjadi antara engkau dan Fathi? Apakah ia akan menulis status untuk
mendukungmu? Jawabannya tidak, karena mereka tahu siapa yang bermubahalah.
Kami hanya mengingatkan bahwa di antara syarat
mubahalah niat ikhlash Lillahi Ta’ala untuk membenarkan yang benar dan
membatilkan yang bathil bukan intishar lil hawa dan ghalabah. Dan yang
bermubahalah pun telah melakukan diskusi dan dari ahlush sholah wat tuqa wal
‘ilm.
Maka, itu akan kelihatan efeknya yang jelas
dan disaksikan oleh kaum muslimin. Kalau tidak disaksikan dan tidak adanya
diskusi ilmiyah serta komitmen bersama dari dua kubu setelah terjadi mubahalah,
maka tidak akan ada faedahnya dan maqashid dari mubahalah itu sendiri tidak
terealisasikan.
Kami nukilkan sendiri dari statusmu wahai
Sony:
Dalam kitab Fathul Baari, Imam Ibnu Hajar
Al-Asqalani mengatakan,
ومما عُرف بالتجربة أن من باهل وكان مبطلاً
لا تمضي عليه سنة من يوم المباهلة، وقد وقع لي ذلك مع شخص كان يتعصب لبعض الملاحدة
فلم يقم بعدها غير شهرين
” Berdasarkan pengalaman, orang yang melakukan
mubahalah di kalangan pembela kebathilan, mereka tidak bertahan hidup lebih
dari SETAHUN sejak hari mubahalah. Itu pernah saya alami sendiri bersama
seorang yang memiliki pemikiran menyimpang, dan dia tidak bertahan hidup lebih
dari 2 bulan”.
Benarkah harus demikian terjadi pada semua
mubahalah? Mari kita lihat pada kenyataan. Bukankah syiah itu kafir, semua yang
mengaku ahlussunnah PASTI meyakini demikian. Lalu bagaimana yang terjadi dengan
mubahalah antara Syaikh Al-Kus dan Yasir Al-Khabits????? Tahukah engkau wahai
pecinta ketenaran bahwa mubahalah itu terjadi pada tahun 2010 dan sampai
sekarang Yasir Al-Khabits masih hidup bahkan dahulu ia sempat membantah
mengenai isu kalau ia terkena kanker di mulut??? Apakah itu menandakan bahwa
Yasir Al-Khabits di atas kebenaran??? Wal ‘Iyadzu billah. Berarti ada yang
belum terpenuhi. Atau mungkin Allah punya hikmah lain. Wallahu A’lam.
Mengenai Ustadz Fauzan, beliau pun sudah lama
menderita asam urat terlebih mobilitas beliau tinggi dan mengurus anak yatim.
Kami mengingatkanmu, tidakkah engkau takut akan makar Allah??? Apakah engkau
merasa aman dari makar Allah???
Dan di antara kerancuan pendirianmu, ketika
sudah berada di barisan “jihadi” engkau masih mencomot perkataan Abdul Aziz Alu
Syaikh, mufti Alu Salul, dalam memojokkan Daulah Islamiyah. Mufti yang
mengatakan bahwa amaliyah istisyhadiyah haram, mengatakan Al-Qaidah Khawarij,
dan terakhir menyerukan kepada negara-negara Arab agar mencontoh barat dalam
demokrasi. Lalu mengatakan bahwa tidak ada ulama yang mendukung Daulah
Islamiyah. Tanyakan kepada Farid ‘Uqbah yang sedang engkau “pepeti”. Kenalkah
ia dengan Syaikh Al-Muhaddits Abu Usamah Musa’id bin Basyir? Tentunya kenal
karena beliau mengisi dauroh Shohih Bukhori di ma’hadnya. Apakah ia akan
mengatakan kalau Syaikh Musa’id jahil? Bahkan muridnya Syaikh Musa’id pun kami
dengar mengisi dauroh di ma’hadnya.
Syaikh Musa’id muhaddits dan ulama Sudan yang
terkenal dan dianti oleh kaum shufiya itu getol membongkar kedok Sururiyah dan
juga mendukung Daulah Islamiyah hingga beliau pun ditangkap oleh otoritas
Sudan. Lantas ucapanmu tidak ada ulama yang mendukung Daulah Islamiyah itu
darimana. Samakah ulama seperti ini dengan mufti alu salul itu?
Pada kesempatan ini kami pun hanya ingin
mengomentari satu poin dari catatannya, yang menandakan ini kecongkakakan yang
bersembunyi di balik baju tawadhu dan retorika palsu.
KEEMPAT: Dengan menunjukkan kedunguannya,
saudara-saudara pecinta ISIS lagi-lagi berteriak, “kenapa tidak menyambut
tantangan Mubahalah Ustadz Abu Bakar Ba’asyir (ABB) ?? Kalau berani ayo sambut
tantangan Ustadz ABB”.
TANGGAPAN:
Wahai saudaraku pecinta ISIS, kenapa kalian
korbankan Ustadz ABB yang sudah tua untuk jadi bahan percobaan, setelah Fauzan
Al-Anshari telah menjadi korban sumpahnya sendiri ?? Kenapa tidak kalian suruh
saja “Singa” andalan kalian Aman Abdurrahman untuk bermubahalah ? Kenapa mesti
Ustadz ABB ?? Ustadz ABB hanyalah korban penipuan Aman Abdurrahman yang takfiri
itu, wahai saudaraku. Atau, mengapa tidak anda saja yang bermubahalah lagi??
Biar sekalian nyusul Fauzan Al-Anshari ?? Berani nggak ?
Demikian tanggapan terakhir dari saya sebagai
catatan akhir seputar isu mubahalah dan kematian Fauzan Al-Anshari. dan setelah
ini saya tak akan melayani apapun dan dari siapa pun. Biarlah peristiwa ini
abadi dalam ukiran sejarah sebagai pelajaran bagi orang-orang yang berakal
untuk tidak bermudah-mudahan mengajak orang mubahalah. Apapun yang mereka
katakan, maka biarlah hujan turun asal matahari tetap bersinar.
Allahul Musta’an ya Sony. Begitu yakinkah
engkau bahwa Syaikhunal Walid Abu Bakar Ba’asyir hafizhahullah min kulli suu’
akan binasa ketika bermubahalah denganmu??!!! Hasbunallah ‘alaik. Ataukah
engkau bisa mengukur dirimu siapa dan Syaikh Abu, sehingga engkau memakai jurus
ngeles seperti itu. Siapa yang tidak mengetahui KETAQWAAN DAN KEWARAAN beliau.
Jangankan engkau yang masih bocah ingusan, Abu Tholut saja sampai detik ini
tidak berani mendatangi beliau dan bermubahalah.
Lalu dengan congkaknya pula engkau merendahkan
Syaikh Abu Sulaiman. Kami sangat yakin itu karena kebodohanmu akan sosok
beliau. Kalau bukan karena kebodohan, mana mungkin engkau berani memainkan
lidahmu (semoga Allah memelintir lidahmu) merendahkan beliau.
Wahai Sony, sebelum engkau mengenal LIPIA,
Masyayekh LIPIA sudah memuji kecerdasan beliau. Beliau pun pernah mengajar di
lembaga yang dibanggakan kaum “salafi” itu. Kami bertanya, adakah Syaikh yang
di LSIA, ARROYAH atau di MA’HAD JAMILURRAHMAN yang merekomendasikan NAMAMU???
Adakah mereka akan memberikan pujian atas keilmuanmu?
Jangankan engkau wahai bocah ingusan,
ustadz-ustadz yang sering berkoar-koar di medsos tak berani duduk berhadapan
dengan beliau beradu hujjah. Tahukah engkau ketika syaikh dari Saudi
didatangkan untuk berdebat dengan beliau, maka setelah beliau memaparkan hujjah
dan qoul Aimmah Najdiyah, maka jawabannya qola Syaikh Utsaimin. Tanyakan kepada
Fuad Al-Hazimi yang kau banggakan (entah itu dari dalam hati atau sekedar untuk
mendongkrak namamu agar terlihat di kalangan JAS) saat berdiskusi dengan
Syaikh Abu Sulaiman. Siapakah yang banyak menjelaskan masalah takfir dan siapa
yang hujjahnya ketinggalan di laptop?
Dari dulu beliau menanti adanya seorang yang
‘alim untuk berdialog dengan beliau, dengan syarat disaksikan umat agar
terealisasikannya maqashid dari dialog itu untuk mengikuti Al-Haq, namun tak
ada satu pun yang mendatangi beliau dan mengadakan dialog terbuka.
Jikalau engkau benar-benar meyakini di atas
kebenaran dan meremehkan Syaikh Aman, maka buatlah surat tantangan diskusi dan
dialog terbuka serta mubahalah yang disaksikan umat dengan beliau. In shaa
Allah anshor Daulah Islamiyah akan menyambutnya dan memfasilitasinya. Akan ada
dengan suka rela memberikan fasilitas untukmu untuk dialog dan mubahalah ini.
Kalau engkau keberatan, in shaa Allah Ustadz Abu Hataf Saiful Rasul pun
menyanggupi dialog dan mubahalah denganmu. Sekaligus ini melejitkanmu hingga
namamu berkibar.
Buatlah tantangan dan janganlah mengelak serta
mengeles jika engkau ingin membela keyakinan yang engkau anut atas dasar ingin
mengharapkan ridho Allah dan agar manusia kembali ke jalan Al-Haq. Kami
menunggunya wahai Sony.
Sebelum kami tutup, kami kutip doa dari sang
jubir Daulah Islamiyah, Syaikh Abu Muhammad Al-‘Adnany (hafidzahullah), yang
mana ini beliau ucapkan setahun lalu. Maka renungkanlah baik-baik do’a ini apa
yang terjadi hari demi hari setelah do’a ini dipanjatkan. Mari kita renungkan
dan sama-sama kita aminkan dalam hati.
Ya Allah jika Daulah ini adalah daulah
khawarij maka hancurkanlah ia
Bunuhlah para komandannya dan jatuhkanlah
panjinya dan tuntunlah tentaranya menuju kebenaran
Ya Allah jika ini adalah Daulah yang berhukum
dengan Kitab-Mu dan sunnah nabi-Mu dan berjihad memerangi musuh-Mu, maka
teguhkanlah ia, muliakanlah, tolonglah dan kokohkanlah ia di muka bumi dan
jadikanlah ia khilafah di atas Manhaj Nubuwwah.
Maka katakanlah amiin wahai muslimin
Ya Allah enyahkanlah orang-orang yang
memecah-belah barisan mujahidin, memecah kalimat muslimin, membuat orang-orang kafir
senang dan membuat orang-orang mukmin murka serta membuat jihad terbelakang
selama bertahun-tahun.
Ya Allah singkaplah kedok mereka dan
turunkanlah murka dan laknat-Mu atas mereka dan perlihatkan kami kekuasaan-Mu
kepada mereka. Katakanlah amiin wahai muslimin.
Wa akhiru Da’wana anil Hamdu lillahi Rabbil
‘Alamin
Al-Faqir
Abu Dujanah As-Saiyuni Al-Indunisy
0 komentar:
Posting Komentar